Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sang Petruk

Kompas.com - 30/09/2012, 04:34 WIB

”Lha kamu kena apa sampai begini?”

”13 bulan di penjara, Yu.”

”Mencopet, merampok atau menodong, atau...dihakimi masa?” Martono tak menjawab hanya memeluk mbakyunya semakin erat.

 

Martini merasa lega setelah adiknya akhirnya menghentikan kemurungannya. Tidak lagi hanya termenung seharian. Kini rumahnya tak pernah sepi dengan anak-anak muda sebaya Martono. Mereka berkumpul hampir setiap hari. Semula Martini tidak begitu memperhatikan pembicaraan mereka, kadangkala sering terdengar kata-kata revolusi, Nasakom yang diuraikan panjang lebar oleh seorang pemuda yang sudah dewasa yang rupanya sebagai ketua kelompoknya.

Martini sadar, memang pendidikannya yang cuma sepenggal di sekolah menengah pertama, tak bisa mamahami benar apa yang dilakukan oleh Martono dan teman-temannya. Hingga pada suatu hari, yang katanya akan menghadiri pertemuan pemuda, Martono sudah mengenakan pakaian hitam-hitam dengan kain merah melilit lehernya. Langkahnya tegap dengan sepatu hitam seperti sepatu tentara.

”Sekarang aku punya kerja dan kantor, Yu!” Mendengar ini Martini hanya melongo. Sejak itu setiap hari adiknya berpamitan hendak ke kantor.

”Kamu itu kerja apa dan di kantor mana sih?” tanya Martini, suatu pagi sebelum adiknya beranjak pergi.

”Kantor Pemuda Rakyat di kota!”

”Lha, gajimu berapa Ton?”

”Gajiku hanya kebanggaan berjuang demi kemenangan revolusi!” Martini semakin tidak paham.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com