Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bambu Terasing di Negeri Sendiri

Kompas.com - 09/09/2012, 03:55 WIB

Dari total 156 jenis bambu di Indonesia, sebagian di antaranya telah punah atau terancam punah. Pohon bambu euleul yang di dalam tiap ruasnya terdapat genangan air dan diyakini mampu mengobati penyakit, misalnya, sudah sulit dijumpai.

Beberapa jenis bambu, seperti bambu merambat, bambu berbuah, hingga bambu yang diselimuti bedak putih, telah punah. Tanaman bambu hanya dibiarkan tumbuh dengan liar. Tak ada yang secara sengaja menanamnya untuk skala industri. Akibatnya, produk kerajinan bambu sulit diproduksi dan dipasarkan secara berkelanjutan.

Padahal, minat masyarakat internasional terhadap eksotisme produk bambu cukup tinggi. Jatnika, contohnya, sudah mengekspor rumah bambu ke Malaysia, Jerman, hingga Timur Tengah. Dari tahun 2000 hingga sekarang, Jatnika telah membangun lebih dari 3.500 rumah bambu.

Selain bernilai ekonomis, bambu juga memiliki banyak kegunaan untuk lingkungan di sekitarnya. Bambu mampu menyimpan 90 persen air dari lingkungannya, sedangkan tanaman lain hanya menyimpan air maksimal 45 persen. Tiap batang bambu bisa menghasilkan 1,2 kilogram oksigen yang cukup memenuhi kebutuhan dua orang per 24 jam.

Dari bambu, nenek moyang juga mengajarkan makna hidup melalui falsafah bambu, seperti leuleus jeujeur liat tali. Falsafah dalam bahasa Sunda yang menggambarkan kelenturan bambu dan alotnya tali yang terbuat dari bambu ini bermakna bahwa dalam menjalani hidup, diperlukan ketekunan, kesetiaan, dan kelenturan.

Begitu lekatnya bambu dengan kehidupan dan budaya bangsa Indonesia, hal itu membuat Jatnika pun berpendapat, ”Kalau bambu tidak ada, budaya bangsa hilang. Artinya, kekuatan negara juga hilang.”

Bambu pun sudah memberikan isyarat. Ini sebuah tanda zaman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com