Oleh karena itu, kata Wakil Menteri Pertanian Rusman Heryawan, perlu ada terobosan dari pemerintah bersama sejumlah pihak guna mencapai swasembada kedelai.
Menurut dia, salah satunya adalah melakukan ekstensifikasi lahan nonsawah untuk menggalakkan penanaman kedelai di kalangan petani. "Sebab, petani sulit menanam kedelai di sawah, karena harus berhadapan dengan kepentingan menanam padi yang lebih menguntungkan," katanya.
Selain itu, kata dia, pemerintah juga bisa bekerja sama dengan pihak swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM), maupun perguruan tinggi untuk mendorong petani mengembangkan tanaman kedelai, sekaligus meningkatkan produksi dan kualitas kedelai Indonesia.
Ia berharap apabila kemitraan antara PT Unilever Tbk dengan petani kedelai hitam sukses, maka bisa menjadi percontohan. "Intinya, petani kedelai ingin meningkatkan kesejahteraannya, dan untuk mencapai itu butuh jaminan pembelian hasil panen sesuai harapan. Juga ingin ada jaminan ketersediaan modal bagi petani kedelai," katanya.
Permainan harga
Kalangan petani kedelai di sejumlah daerah mengeluhkan adanya permainan harga di tingkat tengkulak, sehingga sulit menaikkan harga jual komoditas itu.
Anggota Koperasi Tani Nusantara Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Purwanto saat mengikuti sarasehan kedelai hitam yang digelar PT Unilever Indonesia Tbk di Yogyakarta, Rabu (16/11), mengatakan, petani selama ini sering dimanfaatkan para tengkulak saat menjual hasil panen kedelai hitamnya.
"Tidak adanya harga pembelian pemerintah (HPP) kedelai hitam menyebabkan petani dipermainkan para tengkulak. Kedelai yang kami jual di pasaran sering dihargai rendah. Para tengkulak biasanya menjual kedelai dengan harga yang lebih tinggi," katanya.
Sementara itu, petani dari Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sudarsih, mengatakan, sering kesulitan memasarkan kedelai dengan harga jual yang baik. "Para petani selama ini telah bermitra dengan BUMN, namun sering putus di tengah jalan," katanya.
Petani asal Kabupaten Trenggalek Umar mengatakan bahwa harga kedelai hitam yang dijual ke koperasi tani saat ini Rp6.500 hingga Rp7.000 per kilogram.