Keterangan yang diperoleh Kompas, Kamis (7/7), menyebutkan, khusus di Jawa Timur, sejak Januari hingga pertengahan Mei, areal tanaman padi yang terserang wereng tercatat 85.750 hektar. Luasan itu mencapai 3,5 persen dari total luas tanaman padi di provinsi tersebut.
”Itu yang tercatat secara resmi hingga bulan lalu. Dengan kondisi cuaca tidak menentu, ditambah pola tanam yang monoton, kondisinya cenderung meluas,” tutur Bambang Harianto, juru bicara Fraksi PDIP DPRD Jawa Timur.
Data yang dikomentari Bambang itu mengacu pada catatan Dinas Pertanian Jawa Timur.
Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Madiun, Jatim, Sumanto mengatakan, di daerahnya saja, selama musim kemarau I luas areal tanaman padi yang diserang wereng mencapai 4.421 hektar dari 27.300 hektar total luas areal tanaman padi pada musim kemarau ini. Seluas 515 hektar di antaranya gagal panen.
Produktivitas tanaman padi rata-rata turun dari 6,4 ton per hektar menjadi 5 ton per hektar.
Anggota Kelompok Tani Sido Luhur, Kecamatan Wungu, Handoko, mengatakan, ia dan 50 rekannya terpaksa mencabuti tanaman padi yang baru berumur 15 hari karena menguning kecoklatan akibat serangan wereng. Setelah dicabut, tanaman padi tersebut langsung dibakar.
Upaya itu dilakukan setelah pembasmian dengan cairan pestisida sudah tidak manjur. Saat ini, petani ingin menanam ulang dengan benih baru supaya hasilnya lebih bagus. Petani berharap pemerintah memberikan bantuan benih supaya tidak kehilangan kesempatan tanam pada musim gadu. ”Kami juga butuh bantuan modal untuk biaya tanam dan pemeliharaan,” ujarnya.
Ia menambahkan, pada musim tanam periode kedua lalu, ia dan ratusan petani setempat gagal panen akibat serangan wereng coklat. Pada bulan Juni, biasanya mereka dapat menjual minimal 1 ton gabah hingga 6,4 ton gabah per hektar sawah. Kali ini, maksimal 250 kilogram.