Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
AGROINDUSTRI

Petani Apel Menyiasati Perubahan

Kompas.com - 23/05/2011, 04:00 WIB

Siwi Yunita Cahyaningrum

Serbuan buah impor, cuaca tak menentu, hingga anjloknya harga bertubi-tubi menyerang hidup petani apel di Batu, Jawa Timur. Namun, dengan inovasi dan kreativitas, petani apel Batu menolak menyerah pada alam dan pasar.

Heri (27), petani apel di Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Batu, baru saja selesai memandu ratusan wisatawan dari Denpasar, Bali, yang mampir di kebunnya.

Dengan pengeras suara yang masih menggantung di leher, ia kembali ke kebun untuk mengecek pohon-pohon apelnya yang kini berbuah ranum. ”Ini menjadi bisnis utama kami selain bertani. Di sini, pengunjung mau membeli apel dengan harga dua-tiga kali lebih mahal dengan kompensasi kepuasan memilih dan memetik sendiri apel yang mereka mau,” kata Heri.

Sejak tiga tahun lalu Heri berprofesi ganda: petani dan pemandu wisata di agrowisata apel Makmur Abadi, kebun milik kelompok taninya.

Dengan kemampuan berbicara dan pengetahuan luas tentang apel, Heri dan rekan-rekannya mampu memikat wisatawan. Kini tak kurang dari 1.000 wisatawan setiap bulan mengunjungi Makmur Abadi.

Agrowisata apel yang awalnya hanya menjadi kerja sampingan petani kini menjadi tulang punggung hidup mereka.

Bagi Heri, mengandalkan hidup dari bertani saja tak bakal cukup. Apel milik petani harus bersaing dengan apel impor yang harga dan penampilannya lebih menarik.

Sepuluh tahun terakhir, apel Batu yang sekian lama menjadi ikon buah lokal Nusantara diakui petani mulai dirongrong oleh apel impor, mulai dari apel royal gala dari Selandia Baru, apel guangdong dari China, hingga apel Washington dari Amerika Serikat.

Apel-apel impor tidak hanya menyesaki supermarket modern, tetapi juga pasar tradisional, bersanding dengan apel Batu yang mungil. Bahkan, apel Batu sering kali tak terlihat di rak-rak atau bakul-bakul pedagang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com