Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tukang Kawal Banjir Majalaya

Kompas.com - 28/04/2011, 11:38 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — Riki Waskito (34) menyadari bahwa sekadar mengharapkan bantuan dari pemerintah untuk menanggulangi banjir tahunan di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, adalah mimpi di tengah hari. Setiap kali banjir, warga selalu telat memperoleh informasi dan peringatan, sehingga rumah telanjur diterjang air bah berikut perabotnya. Setelah beberapa waktu banjir merendam, tim evakuasi pun baru datang.

Kondisi itu membuat pemuda di Majalaya memutar otak. Beberapa elemen pemuda di sana sepakat untuk membuat operasi banjir menyelamatkan warga dan harta bendanya dari terjangan bah. Jika sebelumnya setiap pemuda sibuk sendiri menyelamatkan keluarga masing-masing, kini terpikirkan untuk membuat sebuah gerakan yang lebih massal dalam mitigasi dan evakuasi saat bencana.

“Kami yang berlatar belakang pencinta lingkungan dan gemar naik gunung lalu sepakat bertemu. Saat itu kami masih tergabung dalam Sasak Kondang, kelompok pemuda di Kampung Kondang, Majalaya, yang menyukai kegiatan luar ruangan (outdoor),” katanya.

Diberi nama Sasak (Sunda) yang artinya jembatan, karena puluhan pemuda itu tinggal di kampung yang berdekatan dengan Jembatan Majalaya. Jembatan itu melintas di atas Sungai Citarum. Kelompok yang didirikan tahun 2002 itu menjadi cikal bakal berdirinya Garda Caah. Caah (sunda) yang berarti banjir, sehingga Garda Caah artinya garda banjir.

Pada 2007, pertemuan antarkelompok pemuda semakin intensif. Pemuda Majalaya Sasak Kondang lalu bergabung dengan Forum Komunikasi Pencinta Alam Kabupaten Bandung. “Saat itu semangat kami berapi-api setelah terinspirasi dari pelatihan Gladian Panji Geografi yang diadakan oleh Wanadri,” kata Riki yang merupakan salah satu pelopor berdirinya Garda Caah.

Satu demi satu, kelompok lain di Majalaya dan Kabupaten Bandung ikut bergabung, seperti Komunitas Peduli Lingkungan, Generasi Muda Majalaya, dan Pencinta Alam Leuwidulang-Majalaya. Pada 1 November 2008, lahirlah operasi Garda Caah.

Upaya Sederhana

Jalannya operasi itu sebenarnya relatif sederhana, yakni dengan basis perkuatan informasi. Jumlah relawan yang ketika itu mencapai 60 orang semua bersiap di rumah dan wilayah masing-masing. Jalur informasi yang dibangun ialah antara relawan yang berada di bagian hulu dan hilir Citarum. Yang termasuk kawasan hulu yakni Pacet dan Cibeureum, sedangkan di kawasan hilir ada Majalaya dan Ciparay.

“Jika hujan deras di bagian hulu lebih dari dua jam, relawan yang di hulu segera menginformasikan hal itu kepada relawan di hilir. Artinya, banjir akan datang dan warga hilir diminta kesiapannya untuk mengungsi serta tidak lengah,” kata Riki.

Informasi itu disampaikan melalui pesan singkat telepon selular. Penerima pesan di hilir segera menyebarkan kabar itu dan menetapkan status keamanan. “Jika di hulu waspada, kami di hilir menetapkan siaga. Status di hilir selalu dibuat lebih tinggi agar ada persiapan ekstra menghadapi kemungkinan terburuk dari banjir yang datang,” ujar Riki.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com