Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Trauma, Agung Ingin Pindah Kuliah

Kompas.com - 26/04/2011, 19:26 WIB

GRESIK,  KOMPAS.com — Orangtua dan kerabat Agung Arief Perdana Putra, warga Perumahan Patria, Desa Bambe, Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, sangat gembira Agung sudah pulang ke rumah. Bahkan, Farida Fikri, se pupu Agung, sempat menangis ketika Agung pulang. Agung merupakan salah seorang korban cuci otak jaringan gerakan Negara Islam Indonesia.

Ditemui di rumahnya, Senin (25/4/2011), Agung didampingi ayahnya, Rasyidi Syamsul Arifin, dan ibunya, Rahayu Kunti Andari, serta sejumlah kerabat, termasuk pamannya, Sofi. Sejumlah polisi dari Kepolisian Resor Gresik dan Kepolisian Sektor Driyorejo juga menanyai kondisi Agung. Rencananya Agung akan dibawa ke psikiater Kepolisian Daerah Jawa Timur untuk menjalani psikotes.

Saat ditanya, Agung menyatakan kondisinya sehat, tetapi masih trauma. Dia berencana akan pindah kuliah ke Surabaya untuk melupakan dan menghindari jaringan NII. Sementara saya ingin cuti kuliah dulu sambil mengajar Paskibraka di SMA Negeri Driyorejo. "Kemungkinan nanti ikut UMPTN lagi," tuturnya.

Agung menghilang selama sebulan. Dia mengaku tinggal di Malang di rumah kenalannya yang bekerja di bidang ekspedisi. Dia ingin menghindari dan melepaskan diri dari jaringan yang sempat mencuci otaknya. Dia pun selama itu berganti nomor telepon seluler untuk menghilangkan jejak.

Awalnya dia tidak menyadari masuk ke perangkap cuci otak jaringan NII. Sejak musim ospek mahasiswa baru dia berkenalan dengan seseorang di kampus dan sering diajak diskusi di mal-mal tentang keindonesiaan. Tapi saya lupa apa saja isinya. "Sebenarnya saya kurang sreg karena ada beberapa ajaran yang tidak sesuai syariat Islam," katanya.

Setelah lebih intens, Agung pun sempat menggadaikan laptop dari orangtuanya untuk kepentingan jaringan. Bahkan dia diminta berbohong dengan mengatakan menghilangkan laptop merek Sony Vaio temannya. Agung diminta menghubungi orangtua korban dan meminta uang Rp 10 juta untuk mengganti laptop temannya itu. Bahkan orangtuanya pun mentransfer uang Rp 5 juta ke rekening Agung pada November 2010 dan menyerahkan langsung dengan bukti di atas meterai kepada Vita Safia Destriana atau Ana pada 12 Desember 2010.

Agung menjalani baiat (sumpah setia) di Jakarta. Dia naik kereta. Sesampainya di stasiun di Jakarta, dia dijemput mobil lalu matanya ditutup. Setelah sampai pada suatu tempat, Agung dibaiat. Pemuda kelahiran 17 Juni 1992 itu tidak ingat apa isi baiat itu.

Orangtua Agung menjelaskan, Agung pulang pada Sabtu (23/4/2011) sekitar pukul 23.00. Rahayu menuturkan, anaknya pulang naik taksi dari Terminal Purabaya, Bungurasih, Surabaya. Ketika saya tanya, dia mengatakan dari Malang, tuturnya.

Rasyidi menambahkan, anaknya ingin menenangkan diri dulu. Keluarga juga belum berani bertanya detail ke mana saja anaknya selama ini menghilang. Kami khawatir, dia malah pergi lagi karena ketakutan. Sementara kami biarkan dia tenang dulu. "Kami sudah senang sekali dia bisa kembali ke rumah," tuturnya.

Agung merupakan mahasiswa semester II jurusan Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Malang. Dia terakhir pulang ke Gresik pada Maret dan 20 Maret kembali ke Malang. Pada 15 April lalu Agung menyatakan via telepon agar ibunya tidak usah khawatir. Ia sedang sembunyi di Malang untuk menenangkan diri.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com