Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maestro Tanggomo yang Kesepian

Kompas.com - 10/03/2011, 09:05 WIB

Meski tidak lagi diperkenankan mengikuti kejuaran ataupun festival gambus, dirinya masih tetap hadir dalam berbagai kegiatan penting yang diselenggarakan para pembesar daerah.

Ia sering mendapatkan undangan untuk bertanggomo pada perhelatan acara penyambutan tamu yang berasal dari luar daerah, dan tak jarang juga dia melayani permintaan dari kelompok masyarakat yang akan melaksanakan suatu kegiatan kebudayaan.

Bertahan hidup

Dengan kondisi tubuh yang mulai dimakan usia, Risno dengan rambut panjang memutih yang selalu diurai masih sering menembangkan tanggomo di sejumlah pasar tradisional.

Hal itu dilakoninya dengan alasan tidak ada pekerjaan lain yang dapat dilakoninya, sementara tuntutan kebutuhan rumah tangganya terus memburu menagih tanggung jawabnya sebagai suami serta bapak bagi istri dan empat anak. "Kalau saya tidak memetik gambus lagi maka istri dan anak-anak saya makan apa nanti," katanya.

Sebagai seorang tunanetra, ia pantang menjadi seorang peminta-minta seperti yang sering dijumpai di pusat-pusat perbelanjaan. "Saya malu jika harus jadi peminta-minta di jalanan," kata Risno.

Dalam sehari, penghasilan yang didapatkan dari bertanggomo di pasar-pasar tradisional tidak menentu. Kalau lagi beruntung, ia bisa mengantongi uang Rp 20.000 hingga Rp 21.000, sementara jika sedang apes dia hanya bisa mendapatkan uang sebanyak Rp 15.000 sampai Rp 18.000.

Kadang, penghasilan yang didapatkannya tidak bisa memenuhi kebutuhan makan seluruh anggota keluarganya. Sebab hasil yang didapatkan kebanyakan hanya habis buat ongkos jasa kendaraan, dan jika dalam kondisi demikian maka dirinya terpaksa hanya cukup merasa puas dengan sebungkus rokok tanpa harus makan. "Yang penting istri dan anak-anak saya bisa makan," ujar Risno.

Sementara dalam meladeni undangan para pembesar atau pejabat pemerintah dan kelompok lainnya, dirinya bisa mendapatkan rezeki dalam bentuk uang dengan jumlah yang bervariasi dimulai dari Rp 50.000, Rp 150.000, hingga Rp 250.000, namun juga ada yang tidak membayar sama sekali.

Seumur hidupnya, ia hanya sekali mendapatkan uang dalam jumlah besar, yakni sebanyak Rp 700.000, dari seseorang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com