Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kali Putih, dari Sana Semuanya Bermula

Kompas.com - 29/01/2011, 04:32 WIB

Kliman (56), warga Dusun Gempol, Desa Jumoyo, yang tinggal di sekitar bantaran aliran Kali Putih lama (sebelum dibelokkan), mengaku, banjir saat itu kondisinya hampir sama dengan banjir lahar dingin tahun ini. ”Lahar dingin berkali-kali menutup jalan,” katanya.

Air hujan membawa material Merapi menyeberangi jalan, lalu mengalirkannya melalui aliran yang asli. Namun, ketika itu, pemerintah hanya menguruk material di jalan, kemudian membenahi jalur yang sudah dibelokkan ke Kali Druju.

”Sebetulnya Kali Putih sudah sekali tersandung banjir lahar dingin. Kali ini yang kedua kalinya,” kata Helmy lagi.

Menurut dia, satu-satunya jalan keluar yang bisa diterapkan agar tidak ”tersandung ” untuk ketiga atau bahkan keempat kalinya, yakni mengembalikan aliran Kali Putih, membangun jembatan di atasnya, serta membuat talut pelindung di sisi aliran kali itu. ”Lebih kurang dari 1,5 kilometer panjang kali yang harus dikembalikan ke bentuk semula,” kata Helmy.

Liar

Lahar dingin Merapi yang mengalir melalui lembah-lembah dan alur sungai, menurut Helmy, dapat bergerak sangat liar dan tidak mengikuti hukum-hukum aliran. Hasil penelitiannya, perpindahan alur-alur sungai menyebabkan korban yang tidak diperkirakan sebelumnya. Misalnya, tertimbunnya Dusun Ngadisalam di Kecamatan Muntilan oleh luberan lahar dingin Kali Blongkeng tahun 1961, serta tertimbunnya Talun akibat luberan lahar dingin Kali Senowo tahun 1969.

”Perlu diantisipasi bahaya yang sama di sungai-sungai yang selama ini dianggap kecil. Contohnya, Kali Keji dan Kali Tringsing (Magelang). Karena, di masa lalu, sungai kecil itu pernah meluap dan banjir lahar dingin,” ujar Helmy.

Triwahyudi (52), warga Kecamatan Tegalrejo, Magelang, mengatakan, sebelum tinggal di Dusun Gempol tahun 1980, dia sudah mengetahui bahwa dusun itu pernah dibanjiri material lahar dingin tahun 1969. Meski demikian, dia tak peduli. Hal itu dianggapnya sebagai cerita masa lalu.

”Saya kaget saat banjir lahar dingin kembali melanda dusun ini awal Januari lalu. Menurut sejumlah warga, banjir yang terjadi kali ini sama besarnya dengan tahun 1969 silam,” ujar Triwahyudi.

Banjir lahar dingin kali ini, lanjutnya, sungguh tak terbayangkan. ”Karena, sejak tinggal di sini tahun 1980, saya belum pernah melihat air sungai bergejolak,” tambah Triwahyudi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com