Di Semarang, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo mengatakan, petunjuk teknis penggantian dan pembelian ternak korban Merapi dari pusat belum turun. Tanpa petunjuk teknis tersebut, pemda tidak dapat membeli ternak korban Merapi.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah Witono mengatakan, petunjuk teknis itu diperlukan agar pemerintah tak salah melangkah. Petunjuk teknis tersebut, antara lain, berisi petunjuk bagaimana membuat keterangan ternak mati, apakah cukup hanya diketahui kepala desa atau perlu visum dari dokter hewan.
”Begitu pula dengan cara pencairan dananya, apakah lewat transfer rekening atau bagaimana. Kami khawatir kalau salah melangkah malah repot. Namun, kami sudah mulai memverifikasi data ke lapangan,” ujarnya.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Sleman Suwandi Azis berharap bantuan pemerintah kepada peternak sapi perah berwujud sapi perah. Jika bantuannya berupa uang, dikhawatirkan memicu perilaku konsumtif peternak.
”Sapi-sapi perah milik peternak adalah sapi impor dari Australia dan Selandia Baru. Petani sulit membeli lagi sapi jenis ini walau uang di tangan. Lebih baik pemerintah pusat yang mengambil inisiatif mengupayakan sapi impor agar memudahkan peternak,” ujar Azis.
Khusus penggantian ternak sapi potong yang mati, menurut Azis, tidak ada masalah apakah diganti dengan uang atau sapi. Sebab, sapi potong milik peternak di lereng Merapi adalah jenis lokal yang mudah didapat.
Untuk membantu korban Merapi, Komisi Pemberantasan Korupsi bekerja sama dengan seniman Yogyakarta membuat 100 celengan dan diletakkan di Monumen Serangan Oemoem 1 Maret, Yogyakarta. Celengan aneka warna yang bisa diisi siapa saja itu berada di ujung selatan Jalan Malioboro yang mulai menggeliat bersamaan dengan turunnya aktivitas Merapi.