Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Ternak Tetap Tertekan

Kompas.com - 16/11/2010, 04:43 WIB

BOYOLALI, KOMPAS - Peternak sapi korban Merapi tidak tertarik menjual ternak mereka kepada pemerintah karena harga yang ditetapkan pemerintah di bawah harga pasaran. Karena itu, peternak memilih mempertahankan ternak mereka asalkan mendapatkan bantuan pakan ternak.

Dari seluruh harga sapi yang ditetapkan pemerintah, hanya harga anak sapi Rp 5 juta per ekor dan harga sapi perah laktasi Rp 10 juta per ekor yang sesuai harga pasaran. Padahal, mayoritas pengungsi memiliki sapi jantan atau sapi potong.

Wardi (40), pengungsi dari Dusun Gebyok, Desa Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (15/11), mengatakan, harga ganti sapi jantan yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 22.000 per kilogram berat hidup tak sebanding dengan harga jual saat ini.

Di pasaran, kata dia, harga sapi jantan berbobot sekitar 2 kuintal sebesar Rp 7 juta-Rp 8 juta per ekor. Sesuai patokan harga pemerintah, sapi itu hanya seharga Rp 4,4 juta per ekor.

Menurut Suladi (32), pengungsi dari Dusun Kuncen, Desa Samiran, Kecamatan Selo, sapi betina dara yang dihargai Rp 20.000 per kilogram berat hidup dan sapi bunting dengan Rp 10 juta per ekor juga masih di bawah harga pasaran.

”Setidaknya untuk sapi betina dara dengan bobot 2 kuintal itu bisa laku Rp 6 juta-Rp 7 juta per ekor, sedangkan untuk sapi bunting bisa laku Rp 12 juta,” ujar Suladi.

Karena itu, Wardi dan Suladi mengaku memilih tetap memelihara ternak. Mereka berharap pemerintah memberikan bantuan pakan ternak karena warga kesulitan membelikan pakan bagi sapi piaraannya.

”Untuk membeli pakan ternak dan air bersih bagi sapi satu ekor saja bisa Rp 30.000 per hari,” kata Suladi yang mulai kehabisan uang untuk membeli pakan ternak dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya selain pangan.

Petunjuk teknis

Bupati Boyolali Seno Samodro mengatakan, jumlah ternak sapi di daerah rawan bencana Merapi di Kecamatan Selo, Cepogo, dan Kemusuk, Kabupaten Boyolali, sekitar 60.000 ekor. ”Jika satu sapi diganti Rp 10 juta, maka sudah habis Rp 600 miliar,” kata Seno yang mengaku masih menunggu petunjuk teknis pembelian sapi dari pemerintah pusat.

Di Semarang, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo mengatakan, petunjuk teknis penggantian dan pembelian ternak korban Merapi dari pusat belum turun. Tanpa petunjuk teknis tersebut, pemda tidak dapat membeli ternak korban Merapi.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah Witono mengatakan, petunjuk teknis itu diperlukan agar pemerintah tak salah melangkah. Petunjuk teknis tersebut, antara lain, berisi petunjuk bagaimana membuat keterangan ternak mati, apakah cukup hanya diketahui kepala desa atau perlu visum dari dokter hewan.

”Begitu pula dengan cara pencairan dananya, apakah lewat transfer rekening atau bagaimana. Kami khawatir kalau salah melangkah malah repot. Namun, kami sudah mulai memverifikasi data ke lapangan,” ujarnya.

Sapi peternak

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Sleman Suwandi Azis berharap bantuan pemerintah kepada peternak sapi perah berwujud sapi perah. Jika bantuannya berupa uang, dikhawatirkan memicu perilaku konsumtif peternak.

”Sapi-sapi perah milik peternak adalah sapi impor dari Australia dan Selandia Baru. Petani sulit membeli lagi sapi jenis ini walau uang di tangan. Lebih baik pemerintah pusat yang mengambil inisiatif mengupayakan sapi impor agar memudahkan peternak,” ujar Azis.

Khusus penggantian ternak sapi potong yang mati, menurut Azis, tidak ada masalah apakah diganti dengan uang atau sapi. Sebab, sapi potong milik peternak di lereng Merapi adalah jenis lokal yang mudah didapat.

Untuk membantu korban Merapi, Komisi Pemberantasan Korupsi bekerja sama dengan seniman Yogyakarta membuat 100 celengan dan diletakkan di Monumen Serangan Oemoem 1 Maret, Yogyakarta. Celengan aneka warna yang bisa diisi siapa saja itu berada di ujung selatan Jalan Malioboro yang mulai menggeliat bersamaan dengan turunnya aktivitas Merapi. (ILO/GAL/PRA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com