Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangkitnya Spirit Nasi Bungkus

Kompas.com - 06/11/2010, 07:44 WIB

Tebalnya rasa solidaritas nasi bungkus bisa terlihat dari kiriman yang tak putus hingga menjelang sore. Kiriman nasi bahkan melebihi jumlah pengungsi. Onggokan nasi bungkus yang tak dimakan pengungsi terlihat di sudut-sudut barak pengungsi.

Bahkan, solidaritas juga datang dari warga Tionghoa dari Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC) dan Yayasan Persaudaraan Masyarakat Yogyakarta, yang terlibat mencari dan membagikan bantuan bagi pengungsi hingga larut malam. Koordinator JCACC Hari Setyo mengaku, sukarelawan sering kali berada di lokasi pengungsian hingga dini hari.

Ekspresi kultural Budayawan Butet Kartaredjasa mengatakan, gerakan nasi bungkus tersebut menjadi bukti kuatnya akar kebudayaan masyarakat, yakni semangat gotong royong. "Gerakan itu menjadi ekspresi kultural masyarakat. Tanpa duit, masyarakat bergerak. Tanpa petunjuk pelaksanaan dan instruksi dari atasan, mereka rela menyumbangkan nasi," katanya.

Peristiwa saat ini, tuturnya, mengulang semangat solidaritas saat gempa bumi tahun 2006. Masyarakat berbondong-bondong memberikan bantuan dalam bentuk apa saja dan tanpa pamrih apa pun.

"Kekuatan budaya yang mereka miliki telah mengalahkan kekuatan politik. Dalam politik, semuanya harus dimaknai dengan uang," katanya.

Butet mengaku merinding saat menyaksikan puluhan warga di jalan-jalan menuju arah Yogya, Jumat dini hari, menyirami kaca mobil-mobil yang melintas. Kaca yang penuh debu disiram supaya si sopir bisa mengemudi dengan jelas. "Hal tersebut tidak mungkin terjadi di Jakarta. Kalau di sana pasti sudah jadi polisi cepek (upah)," tambahnya.

Bupati Bantul Sri Suryawidati mengatakan sudah menyalurkan 4.000 nasi bungkus, kemarin. Rencananya hari ini, Pemerintah Kabupaten Bantul akan membuka dapur umum di Jogja Expo Center. "Kami akan melibatkan ibu-ibu dari Bantul untuk terlibat dalam penyiapan nasi bungkus," ujarnya.

Gelombang kiriman nasi bungkus di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Jumat siang benar- benar menyelamatkan sekitar 30.000 pengungsi dari kelaparan. Mereka merupakan pengungsi dari tiga kecamatan di Kabupaten Sleman yang menyelamatkan diri dengan tergesa dari letusan dahsyat Merapi, Kamis malam. Di lokasi baru itu dapur umum belum terbentuk. Stok makanan pun hampir tak ada.

Solidaritas ini tidak terbatas pada wilayah. Nasi bungkus dari Pakel Golo juga dikirim untuk para pengungsi Merapi di Desa Dukun, Muntilan, yang kurang tersentuh bantuan. Gerakan nasi bungkus RW 1 Pakel Golo direncanakan berlangsung lima hari. Gerakan ini telah menarik gerakan simpatik lainnya, seperti sukarelawan tenaga memasak dari SMK Negeri 6 Yogyakarta dan berbagai sumbangan bahan masakan mengalir ke RW itu.

Semangat Jawa holobis kontul baris (satu kekuatan bersama) tampaknya tak kan pernah mati. Ia selalu hadir nyata dalam nurani manusia. (Eny Prihtiyani/Mawar Kusuma/Irene Sarwindaningrum)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com