Tiba saatnya Buto Ijo menagih janji. Walaupun Mbok Rondho dan Timun Emas memohon
Timun Emas melarikan diri sambil melemparkan jarum. Maka, muncullah hutan dengan pepohonan yang lebat. Buto Ijo pun membabati hu-
Begitu Buto Ijo berhasil mendekat, Timun Emas melem-
Cerita ini ditafsirkan bagaimana rakyat menghadapi sistem kapitalisme raksasa. Sosok Mbok Rondho sebagai kiasan rakyat yang melarat. Timun Emas adalah kiasan dari kekayaan harta benda. Bermaksud mendapatkan kekayaan, rakyat datang kepada kekuatan kapitalisme yang dikiaskan dengan Buto Ijo. Buto atau raksasa itu biasanya bersifat jahat, tamak, rakus, dan mentalan. Dari situ pula lahir penafsiran sistem ijon.
Kapitalisme tidak pernah memberikan suatu dengan gratis, apalagi yang bersifat sedekah. Tidak peduli terhadap kemanusiaan. Selalu hanya pertimbangan mendapat keuntungan yang
Untuk mereguk Timun Emas atau kekayaan, kapitalisme akan menerjang apa saja biarpun ladang pertanian, hutan, ataupun lautan. Namun, pada akhirnya keserakahan, kerakusan, ketakaburan kapitalisme raksasa pada akhirnya akan ditenggelamkan bumi.
Cerita Timun Emas sarat ajaran bahwa manusia tidak boleh rakus, serakah. Kalau memberikan pertolongan, berikan dengan ikhlas tanpa pamrih. Kejahatan kemanusiaan akan membuat bumi murka.
Entah bagaimana asal muasalnya, cerita Timun Emas yang merupakan penggalan dari Cerita Panji ini lantas dikaitkan dengan peristiwa lumpur Lapindo. Menurut ”tafsir othak-athik mathuk” tadi, lokasi semburan ini berada di bekas istana Kerajaan Jenggala abad XI lalu.
”Di situ banyak ditemukan benda-benda arkeologis, seperti batu berundak, umpak, meja batu yang konon tempat duduk raja. Ada juga kolam untuk pemandian keluarga kerajaan. Tetapi, semuanya sudah tenggelam oleh lumpur,” kata M Mirdasy, warga Desa Siring yang juga terkena dampak langsung lumpur.
Kemudian, sekitar 800 me-
”Banjar Panji berarti ada deretan rumah para panji atau bangsawan, atau bisa juga komandan militer. Sangat masuk akal apabila pusat semburan tersebut memang istana, sedangkan permukiman kalangan Panji di Desa Banjar Panji sekarang. Apalagi juga banyak bukti arkeologis lain yang menguatkan adanya pusat pemerintahan Jenggala di situ, seperti Candi Pari. Ada juga Kelurahan Candi yang mungkin sekali di situ dulunya tempat candi,” kata Dwi Cahyono, arkeolog Universitas Negeri Malang.
Untuk mendukung tafsir ”othak-athik mathuk” itu ditambahkan terasi adalah produksi ikon Sidoarjo. Garam yang jadi laut, sekitar 5 kilometer dari semburan, adalah Laut Jawa. Gunung Gundul ditafsirkan dengan Gunung Watukosek yang terletak di selatan semburan.
Jadi dalam tafsir ”othak-athik mathuk” itu disampaikan bahwa peristiwa lumpur Lapindo tersebut sebenarnya sudah diramalkan akan terjadi, termasuk segala nilai yang ada di dalamnya, baik nilai kemanusiaan, perjuangan, cinta, kejahatan, keserakahan, ketakaburan, dan tragedi mud volcano itu....