Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menghidupkan Sanggar Tari Dayak

Kompas.com - 09/09/2010, 03:47 WIB

Sementara untuk biaya operasional latihan, mereka menggunakan uang kas yang disisihkan dari hasil pentas. Jika kondisi ramai, mereka bisa pentas tiga kali sebulan. Sebaliknya, kalau sedang sepi, sampai tiga bulan hanya pentas sekali. Uang kas itu dibelikan makanan kecil dan untuk memelihara peralatan. Semua peralatan dibeli swadaya dan bantuan perusahaan tambang batu bara.

Menurut Andreas, minat masyarakat belajar tarian Dayak cukup besar. Bahkan, yang datang ke sanggar tak hanya dari warga suku Dayak Maanyan, tetapi juga suku Banjar, dan Jawa. Mereka datang dari daerah sekitar, seperti Tanjung dan Balangan.

Ketertarikan generasi muda setempat juga cukup besar. Mereka datang dengan keinginan sendiri, saat Andreas bersama anggota sanggar berlatih. Kini 55 murid sanggar terbagi dalam tiga kelompok berdasarkan usia dan tingkat pendidikan.

”Setelah melihat, biasanya mereka menawarkan diri apakah bisa ikut berlatih dan masuk menjadi anggota sanggar. Kata saya, silakan saja,” ujarnya.

Andreas tak melulu menggantungkan hidup dari sanggar. Selain bertani karet, ia juga menjadi mediator warga desa dengan perusahaan tambang. Biasanya, ia mendapat upah dari warga yang masalahnya dengan perusahaan terselesaikan. Dia juga pemerhati lingkungan. Ia menjadi anggota individu Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Kalimantan Selatan.

Di mata Andreas, keberadaan sanggar tari tak sekadar media untuk melestarikan seni tradisi. Namun lebih dari itu, keberadaan kesenian daerah dimaksudkan untuk membentengi generasi muda dari budaya luar yang kurang baik. Mengingat daerah Warukin cukup maju dengan keberadaan tambang. Nilai-nilai tradisi bisa tergerus jika masyarakat tak pandai menjaga diri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com