Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Gladiator" dari Bumi Sasak

Kompas.com - 30/07/2010, 15:31 WIB

Biasanya pepadu yang terkena pukulan atau merasa pukulannya mengenai lawan akan berjoget seperti meledek. Ada yang bilang ini untuk mengurangi rasa sakit atau untuk meredam emosi.

Jika kepala berdarah, pekembar akan menghentikan pertarungan dan pemenang pun diumumkan. Darah yang jatuh di arena perisean itulah yang diyakini mendatangkan hujan. Jika hingga 3-4 ronde kedua pepadu masih sama kuat, wasit akan menyatakan hasil seri.

Tanpa dendam

Meski saling gebuk hingga memar dan berdarah-darah, pepadu tak pernah membawa dendam ke luar arena. Menang atau kalah, seusai bertarung, kedua pepadu pasti bersalaman dan berpelukan. Segalanya dimulai dan selesai di dalam arena.

Karena sakral, perisean tak digelar sembarang waktu. Pada masa sekarang, perisean diadakan menjelang perayaan-perayaan khusus, seperti ulang tahun kemerdekaan (17 Agustus), hari jadi kabupaten/kota, atau menjelang Ramadhan.

Kompas berkesempatan menyaksikan penyelenggaraan perisean di lapangan umum Kelurahan Monjok, Selaparang, Mataram, NTB, Senin (19/7/2010). Perisean ini digelar selama seminggu penuh dengan mendatangkan berbagai pepadu dari seantero Lombok.

”Setiap tahun paling tidak sekali digelar di kelurahan kami. Jika dalam setahun tak digelar, biasanya masyarakat akan bertanya ke lurah,” ujar Lurah Monjok, Budi Wartono.

Antusiasme warga menyaksikan tarung perisean selalu tinggi. Tua, muda, anak-anak, dan perempuan akan memadati pinggiran arena setiap kali perisean diselenggarakan. Mereka tidak hanya dari kawasan sekitar, tetapi juga dari kawasan lain yang jaraknya cukup jauh.

Tidak ada hadiah besar bagi pemenang. Panitia hanya memberikan uang sekadarnya, hanya puluhan ribu rupiah atau disesuaikan dengan anggaran panitia—berdasarkan hasil penjualan karcis masuk arena, parkir, dan donatur.

”Kadang diberikan sabun (kepada pemenang) pun akan diterima. Karena memang bukan hadiah yang dikejar, melainkan rasa bangga menjalankan tradisi,” ujar Budi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com