Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas, Menu Sehari-hari

Kompas.com - 28/06/2010, 14:05 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Tan Bie Gian (62) kenal Kompas sejak Kompas terbit perdana 28 Juni 1965. Awalnya, anak tunggal pasangan mendiang Tan Gwat Liang-Liem Han Nio ini terbiasa membaca Sinpo, koran yang dilanggani ayahnya.

Putusan memilih Kompas didasari pendiri Kompas yang eks pengelola majalah Star Weekly yang sudah diakui bobotnya. ”Sejak awal, sebelum terbit sudah dikasih tahu. Kabarnya ada koran baru yang kelihatannya bagus, pengelolanya eks Star Weekly,” kenang Bie Gian.

Sejak saat itu ia pun menjadi pelanggan setia Kompas. Mulai sekadar membaca Kompas yang terbit ala kadarnya sampai saat ini ketika Kompas sudah tampil sedemikian rupa seperti sekarang. ”Apalagi ulang tahun saya 27 Juni, berdempetan dengan ulang tahun Kompas. Jadi susah lupa,” kata Bie Gian yang sejak 15 tahun terakhir aktif melukis.

Selama 45 tahun, Kompas menemani perjalanan hidup Bie Gian. Karena itu, Bie Gian pun hafal dengan ”masa-masa susah” Kompas. Misalnya, ketika kerusuhan 1965 pecah, Kompas mesti cetak dengan fasilitas seadanya. ”Kertasnya pernah pakai kertas kuning dan biru,” kenang Bie Gian. ”Kalau kertasnya biru, itu paling susah dibaca.”

Bie Gian pun bisa menyandingkan perjalanan hidupnya dengan materi yang termuat di Kompas. Misalnya, masa ketika Bie Gian menemani ibunya yang sakit sampai kemudian meninggal pada 1985. ”Waktu itu, ibu saya membaca cerita Srintil (dalam cerita bersambung Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari),” kata Bie Gian.

Bie Gian menyadari, bagi sebagian kalangan, Kompas mungkin dianggap ”berat”. Hanya kalangan tertentu saja yang bisa memahami Kompas. Namun, tidak susah membuat Bie Gian ”mencandu” Kompas. Terbawa kebiasaan orangtua, sejak kecil Bie Gian pun terbiasa membaca koran serta buku dan bacaan berbobot lainnya.

”Tanpa disuruh, sudah baca dengan sendirinya,” katanya. ”Bagi keluarga kami (waktu itu) yang terbiasa membaca Sinpo, membaca Kompas itu seperti tidak ada peralihan, tidak ada kesulitan,” kata Bie Gian. ”Pas buat kami. Ibarat makanan, ini menu sehari-hari.”

Kebiasaan membaca Kompas itu terbawa kepada istri dan ketiga anak yang beranjak remaja itu pun terbiasa membaca Kompas. Tidak melulu Kompas Muda atau Kompas Anak yang ditujukan buat anak seusia mereka, ketiga anak Bie Gian akrab dengan rubrik umum lainnya di Kompas. ”Tidak mesti anak kecil hanya baca Kompas Muda atau Kompas Anak. Anak-anak saya sudah baca yang umum, dari depan,” kata Bie Gian.

Bie Gian mengakui Kompas konsisten menjaga keseimbangan. Substansi lebih dikedepankan ketimbang sensasi. Sikap kritis, meski ala Kompas, tetap terlihat dalam banyak kejadian, semisal saat kerusuhan 1998. Kompas tetap bisa jadi acuan, dengan gayanya sendiri mengungkapkan fakta, berani menyampaikan hal tersembunyi di saat sebagian menganggap itu tidak ada dan lebih baik ditutup saja. (DIK/WEN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Korban Dugaan Asusila Sempat Konfrontasi Ketua KPU saat Sidang DKPP

    Korban Dugaan Asusila Sempat Konfrontasi Ketua KPU saat Sidang DKPP

    Nasional
    Covid-19 di Singapura Naik, Imunitas Warga RI Diyakini Kuat

    Covid-19 di Singapura Naik, Imunitas Warga RI Diyakini Kuat

    Nasional
    WWF 2024 Jadi Komitmen dan Aksi Nyata Pertamina Kelola Keberlangsungan Air

    WWF 2024 Jadi Komitmen dan Aksi Nyata Pertamina Kelola Keberlangsungan Air

    Nasional
    Menhub Targetkan Bandara VVIP IKN Beroperasi 1 Agustus 2024

    Menhub Targetkan Bandara VVIP IKN Beroperasi 1 Agustus 2024

    Nasional
    Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Sempat Ditangani Psikolog saat Sidang

    Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Sempat Ditangani Psikolog saat Sidang

    Nasional
    Polri: Kepolisian Thailand Akan Proses TPPU Istri Fredy Pratama

    Polri: Kepolisian Thailand Akan Proses TPPU Istri Fredy Pratama

    Nasional
    Polri dan Kepolisian Thailand Sepakat Buru Gembong Narkoba Fredy Pratama

    Polri dan Kepolisian Thailand Sepakat Buru Gembong Narkoba Fredy Pratama

    Nasional
    Lewat Ajudannya, SYL Minta Anak Buahnya di Kementan Sediakan Mobil Negara Dipakai Cucunya

    Lewat Ajudannya, SYL Minta Anak Buahnya di Kementan Sediakan Mobil Negara Dipakai Cucunya

    Nasional
    KPK Duga Eks Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin Terima Fasilitas di Rutan Usai Bayar Pungli

    KPK Duga Eks Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin Terima Fasilitas di Rutan Usai Bayar Pungli

    Nasional
    Desta Batal Hadir Sidang Perdana Dugaan Asusila Ketua KPU

    Desta Batal Hadir Sidang Perdana Dugaan Asusila Ketua KPU

    Nasional
    Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Kemenkes Sebut Skrining Ketat Tak Dilakukan Sementara Ini

    Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Kemenkes Sebut Skrining Ketat Tak Dilakukan Sementara Ini

    Nasional
    DKPP Akan Panggil Sekjen KPU soal Hasyim Asy'ari Pakai Fasilitas Jabatan untuk Goda PPLN

    DKPP Akan Panggil Sekjen KPU soal Hasyim Asy'ari Pakai Fasilitas Jabatan untuk Goda PPLN

    Nasional
    Menhub Usul Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Masuk PSN

    Menhub Usul Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Masuk PSN

    Nasional
    SYL Diduga Minta Uang ke Para Pegawai Kementan untuk Bayar THR Sopir hingga ART

    SYL Diduga Minta Uang ke Para Pegawai Kementan untuk Bayar THR Sopir hingga ART

    Nasional
    Delegasi DPR RI Kunjungi Swedia Terkait Program Makan Siang Gratis

    Delegasi DPR RI Kunjungi Swedia Terkait Program Makan Siang Gratis

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com