Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hendrik, Maestro Musik Bambu

Kompas.com - 15/06/2010, 09:22 WIB

Selain itu, banyak orang asing datang ke rumahnya membeli alat musik bambu. Saksofon yang dijualnya seharga Rp 1 juta dan klarinet Rp 500.000 menjadi favorit orang asing.

”Sudah 166 alat musik yang saya jual kepada orang asing dari 18 negara. Utusan Bill Clinton saat masih Presiden Amerika (Serikat) juga datang membeli saksofon saya,” katanya.

Musik Minahasa

Sebagian uang hasil penjualan alat musik bambu itu kemudian digunakan Hendrik untuk membiayai operasional Pusat Pelatihan dan Pengembangan Musik Bambu Minahasa, yang didirikannya. Pusat pelatihan itu melatih kaum muda di desa untuk bermain dan membuat alat musik bambu. Mereka yang mengikuti pelatihan itu tak dikenai biaya.

Hasilnya, 10 kelompok musik bambu baru muncul dari pusat pelatihan ini. Selain itu, juga bermunculan sejumlah kelompok musik bambu dari desa-desa lain yang mengikuti pelatihan di tempat Hendrik.

”Lewat pelatihan ini belum ada anak muda yang bisa membuat alat musik bambu seperti saya. Sudah ada yang mirip bentuknya, tapi nada yang muncul belum sama. Masih diperlukan naluri, talenta, dan analisis yang kuat agar bisa membuat alat musik bambu,” ujarnya.

Meski tak lagi berusia muda, Hendrik tetap bersemangat melestarikan alat musik bambu yang menjadi salah satu ciri khas budaya Sulawesi Utara. Ia bahkan bercita-cita membangun sekolah seni budaya Sulawesi Utara di Desa Lemoh.

”Lembaga pendidikan itu nantinya tak hanya melatih dan mengembangkan alat musik bambu, tetapi juga tarian dan budaya dari berbagai etnis di Sulut yang kian terjepit modernisasi,” katanya.

Seperti kolintang, alat musik tradisional lain dari Sulut, yang bisa mendunia berkat festival berskala internasional, Hendrik pun ingin musik bambu mendapat pengakuan serupa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com