Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DAS Musi Masih Hijau Royo-royo

Kompas.com - 10/03/2010, 07:10 WIB

KOMPAS.com - Menyusuri daerah aliran Sungai Musi antara Tebing Tinggi, ibu kota Kabupaten Empat Lawang, hingga Kecamatan Muara Kelingi, Kabupaten Musi Banyuasin, terpapar fakta yang cukup mencengangkan. Di sepanjang perjalanan sejauh 137 kilometer menyusuri sungai terpanjang di Sumatera Selatan itu, terpapar pemandangan hijau yang cukup menawan.

Kawasan alur Musi masih hijau royo-royo, meskipun air di sepanjang alur yang kami lalui terlihat keruh. Sepanjang pelayaran menggunakan perahu ketek alias perahu rakyat yang menggunakan mesin 15 PK tersebut, pepohonan besar nasih tumbuh di sepanjang daerah aliran sungai (DAS). Setelah keluar dari Tebing Tinggi, sepanjang DAS yang terlihat adalah hutan rakyat, perkebunan penduduk, serta hamparan tanaman padi ladang.

Kebun rakyat umumnya terdiri atas tanaman buah-buahan seperti durian dan duku, serta kopi dan karet. Tanaman yang masih mampu menahan laju erosi lahan dan membuat tanah mampu menyerap air itu, merata tumbuh di sepanjang DAS. Di sebagian besar lokasi, perkebunan itu bahkan terus berubah menjadi hutan kembali karena tidak dipelihara lagi oleh pemiliknya.

Tumbuhan besar pun masih banyak ditemui di sepanjang DAS, menyatu dengan perkebunan rakyat yang ditelantarkan tersebut. Beberapa pohon raksasa di antaranya bahkan telah menjadi sarang lebah madu. "Lihat, itu pohon madu," kata Boni, salah seorang anggota tim Jelajah Musi 2010, yang salah menyebut lebah sebagai madu.

Di lebih dari 10 lokasi, pepohonan lebat di tepi sungai bahkan menjadi tempat bersarang kawanan monyet ekor panjang, baik yan berbulu hitam maupun berbulu abu-abu. Saat kawanan penghuni rimba itu mendengar dan melihat perahu yang kami tumpangi melintas, monyet-monyet itu berlarian naik ke dahan yang lebih tinggi atau masuk ke bagian hutan yang lebih lebat.

Pemandangan hijau royo-royo yang di beberapa lokasi diselingi dengan hamparan tanaman padi ladang tersebut, terus kami lihat hingga sejauh 65 kilometer. Namun sekitar lima kilometer menjelang memasuki pusat Kecamatan Muara Kelingi, pemandangan hijau menampilkan pula pemandangan lain.

Kebun Kelapa Sawit Merusak

Satu kawasan perkebunan kelapa sawit telah membuat DAS rusak. Perkebunan sawit yang dikenal rakus air itu telah membuat tebing sungai terkikis. Lahan sawit yang selalu bersih juga membuat air bebas masuk ke sungai, membawa tanah, dan membuat air menjadi keruh.
Pengamat air dari Balai Besar Sungai Sumatera VIII, Mawardi, Februari lalu dalam diskusi di Kantor Kompas Biro Sumbagsel di Palembang, menyebutkan, perkebunan sawit memang menjadi salah satu penyumbang kerusakan DAS dan sedimentasi.

Perkebunan sawit tidak mampu menyerap air hujan ke dalam tanah, tetapi langsung mengalirkannya ke sungai. Pembukaan perkebunan sawit yang terus berlangsung, termasuk di Sumsel, dikhawatirkan akan membuat bumi semakin rusak. Banjir pun akhirnya terus mengancam, termasuk warga yang tinggal di DAS Musi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com