Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prajurit Yonif 751 Mengamuk

Kompas.com - 30/04/2009, 05:22 WIB

”Rekan-rekannya menginginkan korban dimakamkan di Nabire. Namun, biaya pesawat terbang ke Nabire mencapai Rp 70 juta. Komandan Yonif tak mampu menyediakan dana sebesar itu. Diusulkan jenazah Joko dimakamkan di Jayapura saja,” kata Susilo.

Prajurit urunan

Akan tetapi, rekan-rekan Joko menolak solusi itu. Mereka ingin korban dimakamkan di Nabire, sesuai dengan surat wasiatnya. Akhirnya, para prajurit urunan sehingga terkumpul uang Rp 40 juta. Kemudian warga sekitar memberikan bantuan Rp 30 juta. Rabu siang, jenazah Joko diberangkatkan dengan pesawat Merpati ke Nabire melalui Biak.

Beberapa saat setelah jenazah Pratu Joko diberangkatkan, sekitar pukul 13.00, rekan-rekan Joko mengamuk. Mereka melepaskan tembakan berulang kali ke udara. Mereka juga memblokade jalan umum depan markas dengan melintangkan balok kayu dan batu di tengah jalan.

Hal serupa dilakukan pada jalan masuk kediaman Komandan Yonif Letkol (Inf) Lambok Sihotang dan Wakil Komandan Yonif Mayor (Inf) Raimond Power Simanjuntak.

Mereka juga mengejar para perwira yang berada di markas sambil melepaskan tembakan membabi buta. Belum diketahui adanya korban akibat tembakan senjata api itu. Dalam peristiwa tersebut, Raimond Power Simanjuntak mengalami luka bocor di kepala akibat lemparan benda keras.

Para prajurit mengeluarkan pernyataan terhadap Komandan Yonif itu. Menurut mereka, komandan selalu mencari keuntungan atas jerih payah anak buah, misalnya memotong uang lauk-pauk, jatah beras, dan tunjangan lain.

Kematian Pratu Joko dinilai sebagai salah satu dampak dari kurangnya perhatian Komandan Yonif terhadap prajurit. Menurut mereka, jika Pratu Joko dirawat sejak dini dan lebih intensif di rumah sakit yang lengkap fasilitasnya, Joko tidak akan meninggal.

Wartawan dihalau

Pukul 14.30, tujuh wartawan yang meliput peristiwa tersebut dihalau. Sejumlah prajurit merampas kamera mereka. Saat itu, para wartawan baru saja selesai meliput kegiatan menjelang 1 Mei Hari Penentuan Pendapat Rakyat Papua Barat. Saat mampir makan di warung makan di depan Markas Yonif 751/BS, para wartawan terkejut melihat keributan di halaman markas batalyon. Mereka segera mengeluarkan kamera dan mengabadikannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com