”Rekan-rekannya menginginkan korban dimakamkan di Nabire. Namun, biaya pesawat terbang ke Nabire mencapai Rp 70 juta. Komandan Yonif tak mampu menyediakan dana sebesar itu. Diusulkan jenazah Joko dimakamkan di Jayapura saja,” kata Susilo.
Akan tetapi, rekan-rekan
Beberapa saat setelah jenazah Pratu Joko diberangkatkan, sekitar pukul 13.00, rekan-rekan Joko mengamuk. Mereka melepaskan tembakan berulang kali ke udara. Mereka juga memblokade jalan umum depan markas dengan melintangkan balok kayu dan batu di tengah jalan.
Hal serupa dilakukan pada jalan masuk kediaman Komandan Yonif Letkol (Inf) Lambok Sihotang dan Wakil Komandan Yonif Mayor (Inf) Raimond Power Simanjuntak.
Mereka juga mengejar para perwira yang berada di markas sambil melepaskan tembakan membabi buta. Belum diketahui adanya korban akibat tembakan
Para prajurit mengeluarkan pernyataan terhadap Komandan Yonif itu. Menurut mereka, komandan selalu mencari keuntungan atas jerih payah anak buah, misalnya memotong uang lauk-pauk, jatah beras, dan tunjangan lain.
Kematian Pratu Joko dinilai sebagai salah satu dampak dari kurangnya perhatian Komandan
Pukul 14.30, tujuh wartawan yang meliput peristiwa tersebut dihalau. Sejumlah prajurit merampas kamera mereka. Saat itu, para wartawan baru saja selesai meliput kegiatan menjelang 1 Mei Hari Penentuan Pendapat Rakyat Papua Barat. Saat mampir makan di warung makan di depan Markas Yonif 751/BS, para wartawan terkejut melihat keributan di halaman markas batalyon. Mereka segera mengeluarkan kamera dan mengabadikannya.