Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelabuhan Muncar: Produsen Ikan Tanpa Jeda

Kompas.com - 27/04/2009, 18:29 WIB
Oleh Aswin Rizal Harahap dan Dody Wisnu Pribadi

KOMPAS.com- KETERTINGGALAN seolah identik dengan kondisi di Pulau Jawa bagian selatan. Pembangunan infrastruktur yang belum optimal membuat kawasan ini sulit berkembang. Padahal, potensi perikanan dan pariwisata yang terdapat di balik citra negatif itu bagaikan permata yang belum terasah. 

Jawa Timur bagian selatan memiliki beberapa tempat pelelangan ikan dan pelabuhan laut yang mampu menggerakkan roda perekonomian. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar di Kabupaten Banyuwangi boleh dibilang yang paling menonjol.

Berlokasi di ujung timur Pulau Jawa, PPP Muncar merupakan tempat pertemuan arus Laut Jawa dari arah utara dan Samudra Hindia melalui arah selatan. Kondisi tersebut menguntungkan karena para nelayan di Kecamatan Muncar tidak terpengaruh gelombang besar yang disebabkan baik angin barat maupun angin timur. Mereka hanya berhenti melaut saat bulan purnama tiba selama 7 hari hingga 10 hari.

”Pada saat seperti itu jarang sekali ada ikan. Kami lebih memilih memperbaiki alat penangkap ikan dan kapal yang rusak,” kata Iksan (41), salah seorang nelayan, Sabtu (25/4). Setelah waktu libur usai, nelayan kembali berburu ikan laut. Lemuru, tongkol, salem, dan layang sebagai bahan dasar pembuatan ikan kaleng menjadi hasil laut andalan di perairan Muncar.

Pada saat paceklik tangkapan, seperti yang terjadi pada periode Januari-April, nelayan masih bisa memasok ikan-ikan itu ke puluhan cold storage (tempat pendinginan) di Muncar dan sekitarnya. Siswanto, pekerja di tempat pendinginan Usaha Dagang Piala Indah, menyebutkan, masih bisa mendapatkan pasokan 8-10 ton ikan lemuru, tongkol, salem, dan layang per hari selama masa paceklik.

Penurunan jumlah hingga 30 persen daripada saat panen tangkapan juga tak membuat para pengusaha tempat pendinginan berhenti mengekspor ikan lemuru kelas satu ke Jepang dan Thailand. ”Kalau pada saat musim panen Juni-November, kami bisa mengekspor ikan lemuru hingga tujuh kontainer (isi per kontainer 24 ton),” ungkap Siswanto.

Dengan harga jual Rp 4.500 per kilogram, pengusaha tempat pendinginan dapat meraup pendapatan kotor hingga Rp 300 juta per bulan, untuk penjualan 200 ton ikan lemuru. Omzet bisa meningkat tiga kali lipat saat berlangsung panen tangkapan.

Usaha tempat pendinginan mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi ribuan warga. Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Cold Storage Muncar, Jafar, 26 tempat pendinginan rata-rata mempekerjakan 70 laki-laki dan perempuan. ”Ini membuat warga Muncar jarang yang menjadi tenaga kerja Indonesia di luar negeri,” ujarnya.

Potensi itu tentu saja dapat makin berkembang jika program pengembangan wilayah melalui pembangunan Jalur Lintas Selatan yang telah dicanangkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur sejak tujuh tahun silam tuntas. Kian lunturnya embel-embel pelabuhan perikanan terbesar di Indonesia timur menunjukkan betapa lambatnya perkembangan Muncar. Departemen Kelautan dan Perikanan pun hanya memberi Muncar status sebagai PPP alias pelabuhan perikanan tipe C (kelas II).

Jumlah ikan yang didaratkan di PPP Muncar masih tertinggal dari beberapa pelabuhan perikanan, seperti Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan (Sumatera Utara), PPS Cilacap, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong (Lamongan, Jawa Timur), dan PPN Prigi (Trenggalek, Jawa Timur).

Kisah diakronis produksi ikan di perairan Muncar dulu dan sekarang dapat dijelaskan Iksan (52), nelayan veteran yang memutuskan tak lagi mencari nafkah di lautan, sebagaimana dulu dilakukannya saat otot-otot lengannya masih kencang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com