Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hutan, Tanah, Air, dan Banjir

Kompas.com - 12/12/2008, 13:47 WIB

Selain itu, banyak kebon tatangkalan dialihfungsikan menjadi kebun sayur. Pekarangan juga banyak diubah dengan ditanami sayuran komersial. Di lahan pertanian yang dialihfungsikan menjadi kawasan industri, permukaan tanahnya tidak kondusif menyerap air larian ketika hujan turun karena permukaan tanahnya diperkeras. Akibatnya, ketika hujan turun, timbul banjir cileuncang. Melimpahnya air sungai pun menyebabkan banjir yang menggenangi berbagai kawasan rendah.

Selain itu, akibat erosi tanah di DAS Citarum hulu, kesuburan tanah berkurang, produksi pertanian menurun, dan pendapatan petani lokal menurun. Di Sub-DAS Cisangkuy, Citarum hulu, misalnya, setiap tahun erosinya sangat tinggi, yaitu mencapai 182 ton per hektar, sedangkan lahan kritis tercatat 1.150 hektar (Kompas Jawa Barat, 21/11/2008). Akibatnya, sungai mengalami pelumpuran, pendangkalan, dan banjir.

Alih fungsi lahan di kawasan Kota Bandung juga terjadi sangat pesat. Tahun 1921, misalnya, luas Kota Bandung mencapai 2.856 hektar dengan ruang terbuka hijau 70 persen. Namun, pada 2005, keadaannya terbalik. Dengan luas Kota Bandung 16.729,65 hektar, lahan terbangun mencapai 76 persen. Sementara itu, kawasan RTH Kota Bandung hanya 8,76 persen. Padahal, menurut Undang-Undang Tata Ruang Nomor 1 Tahun 2007, RTH wilayah perkotaan harus tersedia 30 persen, yang terdiri dari 20 persen RTH publik dan 10 persen RTH privat.

Akibatnya, tahun 1960-an, koefisien air cileuncang di Kota Bandung tercatat sekitar 40 persen dan di Bandung utara 25 persen. Namun, pada 2002, cileuncang di Kota Bandung meningkat menjadi 75 persen dan di Bandung Utara menjadi 60 persen (Soemarwoto, 2002). Apalagi kini, dengan kian banyaknya lahan terbuka hijau di kawasan Bandung utara yang diperkeras, tentu koefisien air cileuncang kian bertambah.

Jadi, selama perilaku manusia tidak baik terhadap lingkungan dan berbagai program pembangunan tidak memerhatikan lingkungan, selama itu pula banjir, banjir cileuncang, dan longsor akan rutin menimpa kita setiap musim hujan. 
JOHAN ISKANDAR Dosen Biologi dan Peneliti PPSDAL Lemlit Unpad

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com