Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPLHD Belum Dapat Simpulkan Penyebab Asap Menyengat ITB

Kompas.com - 17/02/2013, 23:01 WIB
Kontributor Bandung, Rio Kuswandi

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Kota Bandung kembali meneliti tanah yang mengeluarkan asap mengepul dan menyebabkan air mendidih, di taman Institut Teknologi Bandung (ITB), Jalan Ganeca, Kota Bandung, Minggu (17/2/2013) malam. Baru dapat disimpulkan bahwa suhu di dalam lubang asal asap lebih tinggi daripada suhu udara di luar.

"Di udara biasa 27 derajat Celcius, ketika (alat) dimasukkan ke dalam (lubang asal asap) naik menjadi 32,4 derajat Celcius," kata Kepala Bidang Rehabilitasi Lingungan BPLH Kota Bandung Ayu Sukenjah, Minggu (17/2/2013) malam. Sebelumnya, pemeriksaan awal juga dilakukan dengan alat yang sama pada siang hari, tetapi tidak ada indikasi apapun yang diperoleh.

Baik pemeriksaan pada siang maupun malam, BPLHD menggunakan detektor gas, yang dapat mendeteksi kandungan karbon monoksida (CO), hidrogen sulfida (H2S), maupun gas lain yang mudah meledak (LEL). "Jadi memang suhu di dalam lubang tersebut lebih tinggi daripada di luar, tapi karena alat detektornya kurang memadai kami belum bisa mendeteksi zat berbahaya," kata Ayu.

Penelitian lebih lanjut dengan alat yang lebih memadai, janji Ayu, akan dilakukan kembali paling lambat Selasa (19/2/2013). Sembari menunggu penelitian dengan peralatan yang lebih memadai, BPLHD Kota Bandung sudah mengambil sampel asap, tanah, dan air dari lokasi tersebut. Sampel tersebut akan diteliti lebih lanjut di laboratorium.

Dugaan sementara, kata Ayu, ada pembusukan bahan organik, tanaman, kotoran, atau bangkai, sebagai pemicu asap dengan bau menyengat itu. "Tapi nanti untuk lebih jelas kami lakukan uji laboratorium," ujar dia.

Sebelumnya, BPLHD Kota Bandung sudah mendatangi lokasi munculnya asap dengan bau menyengat di kawasan taman kampus ITB, Minggu (17/2/2013) siang. Alat detektor BPLHD Kota Bandung tak mengeluarkan bunyi sebagaimana seharusnya bila ditemukan kandungan gas berbahaya di lokasi itu.

Penelitian kembali diulang pada malam hari, karena berdasarkan laporan masyarakat kepulan asap membesar pada malam hari. "Ya, itu, kalau malam hari pembusukan an-aerob, lebih hangat, lebih aktif sehingga asapnya banyak. Tapi untuk lebih lanjutnya, kami lakukan penelitian ulang besok, atau lusa," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com