BATAM, KOMPAS.com- Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) siapkan langkah antisipasi, akan potensi datangnya limbah minyak yang saat ini mencemari perairan Singapura.
Pencemaran terjadi selepas tabrakan kapal MV Vox Maxima berbendera Belanda dengan kapal Marine Honour berbendera Singapura di Terminal Pasir Panjang, Jumat (14/6/2024) lalu.
Kepala Badan Pengelola Perbatasan Daerah Provinsi Kepri Doli Boniara menyebutkan, saat ini telah berkoordinasi dengan instansi terkait seperti TNI AL dan Bakamla dalam pengawasan potensi pencemaran terutama di wilayah Batam dan Bintan.
Baca juga: Singapura Kerja Keras Bersihkan 400 Ton Minyak Tumpah di Pulau Sentosa
Selain meminta seluruh nelayan dan pengusaha resort di Batam dan Bintan, agar segera melapor apabila menemukan limbah minyak di wilayah perairan.
"Tidak hanya itu, kami dari Pemprov juga telah berkoordinasi dengan Komjen Singapura di Batam terkait bagaimana penanganan disana. Sampai hari ini belum ada laporan perairan Kepri terkena dampak dari kejadian disana," jelas Doli saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (19/6/2024) pagi.
Doli menambahkan, hari ini akan kembali menggelar rapat tertutup dengan Konsulat Jenderal Singapura terkait perkembangan penanganan pencemaran laut.
"Kita ingin kembali menanyakan sudah sejauh mana penanganan yang telah berjalan. Nanti hasilnya akan kita lapor ke Gubernur," lanjutnya.
Dalam pertemuan ini, Doli juga menyebut akan mengusulkan kerja sama antar negara yang mungkin dapat terjalin dalam penanganan pencemaran laut akibat limbah minyak.
Baca juga: Minyak Bocor dari Pipa Pertamina Cemari Sungai dan Irigasi di Indramayu
Kepri setiap tahunnya kerap menjadi wilayah yang terkena dampak limbah sludge oil dari kapal-kapal pengangkut minyak yang melintas di wilayah perbatasan dengan Singapura.
"Dengan Konsulat Jenderal Singapura, kami mau bahas kedepannya ada kerjasama untuk penanganan sludge oil, karena hal ini merugikan Kepri," terangnya.