KOMPAS.com - Banjir menjebol tanggul Sungai Wulan di Demak, Jawa Tengah. Akibatnya, jalur pantai utara (pantura) rute Demak-Kudus terendam banjir.
Sementara itu, Kepala Urusan (Kaur) Bin Ops (KBO) Lantas Polres Demak, Ipda Djoko Prayitno mengatakan, genangan air terparah berada di jalur pantura Demak-Kudus tepatnya depan pasar Karanganyar.
Sementara itu, berita soal video viral sejumlah batu nisan makam orang Tionghoa dijadikan penutup selokan di Kota Semarang, Jawa Tengah, juga jadi sorotan.
Lurah Jomblang, Henry Nur Cahyo, mengatakan bongpay berusia ratusan tahun itu memang banyak dimanfaatkan warga sekitar. Tetapi, dari mana batu nisan itu diperoleh tak ada yang tahu.
Berikut ini berita populer regional selengkapnya:
Pascajebolnya tanggul Sungai Wulan, petugas mengimbau untuk pengemudi dari arah Semarang menuju Kabupaten Kudus maupun arah sebaliknya bisa melewati jalur alternatif melalui Trengguli-Mijen (Demak)-Welahan (Jepara)-Kudus.
"Saya sampaikan kepada para pengguna jalan pantura dari arah Semarang menuju Kudus maupun sebaliknya bisa menggunakan jalur alternatif," ungkapnya.
Sebagai informasi, jalur pantura Demak-Kudus tutup total dari Simpang Trengguli Demak. Sedangkan sejumlah polisi lalu lintas juga berjaga di lokasi tersebut untuk mengarahkan para pengemudi.
Baca berita selengkapnya: Tanggul Sungai Wulan Jebol Lagi, Pantura Demak-Kudus Lumpuh Total
Menurut Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Provinsi Jateng, Bambang Wuragil, pihaknya menyesalkan ada oknum warga menggunaan batu nisan itu untuk penutup selokan.
Pihaknya meminta pemda melakukan upaya persuasif kepada warga supaya tidak terulang.
Tindakan warga yang mengambil atau menjarah makam-makam kuno Tionghoa harus dihentikan, kata pegiat sejarah di Semarang.
Sebab, meskipun mayoritas kuburan kuno itu terlantar karena tak diurus oleh ahli warisnya, bongpay kaya akan sejarah Kota Semarang di masa lalu.
Baca berita selengkapnya: Kontroversi Batu Nisan Makam Kuno Tionghoa di Semarang Dijadikan Penutup Selokan