SEMARANG, KOMPAS.com - Capres nomor urut 01, Anies Baswedan, menegaskan bahwa hadirnya pemerintah untuk penyandang disabilitas bukan untuk memberi pertolongan. Namun, sebagai bentuk pemenuhan hak asasi terhadap warga negaranya.
Hal ini disampaikan Anies saat menikmati wisata kuliner ke ikon kuliner Kota Semarang, Lunpia Cik Me Me, Senin (5/2/2024) malam.
"Dan saya melihat ini bukan sebagai charity bagi penyandang disabilitas, tapi itu sebagai hak asasi yang harus dipenuhi karena kodenya seperti kemarin, saatnya perubahan," kata Anies sembari memperagakan kalimat "saatnya perubahan" dalam bahasa isyarat.
Baca juga: Sejumlah Kampus Kritik Praktik Demokrasi, Anies: Sudah Saatnya Kita Koreksi Apa yang Terjadi
Dia juga mengatakan, bahasa isyarat yang diucapkan saat debat capres terakhir bukan sekadar gimik untuk menarik perhatian publik. Dia mengatakan punya kedekatan dengan kelompok difabel karena selama ini menjadi salah satu fokus kerjanya saat menjadi Gubernur DKI Jakarta.
"Selama ini kami bekerja dengan banyak teman penyandang disabilitas dan kami sejak di Jakarta juga dekat dengan mereka, bisa diceklah dengan teman-teman disabilitas," terangnya.
Untuk itu, Anies menekankan retorika bahasa isyarat saat debat tersebut justru sebagai bukti dari pencapaiannya selama memegang DKI Jakarta.
"Ini bukan dikerjakan karena lagi pilpres, tapi meneruskan apa yang dikerjakan selama ini," tandasnya.
Sebelumnya, orasi pembuka Anies saat debat dengan menggunakan bahasa isyarat cukup mencuri perhatian masyarakat. Pasalnya, Anies menjadi satu-satunya capres yang menggunakan bahasa isyarat.
Alhasil, sikap Anies itu sempat ramai menjadi perbincangan di sejumlah platform media sosial, khususnya X (dulu Twitter).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.