DEMAK, KOMPAS.com - Sejumlah petani di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, mengaku senang, harga gabah tertinggi sentuh Rp 8.000 per kilogram (Kg).
Kegembiraan ini salah satunya dirasakan Suyoto (57), petani asal Desa Kedungwaru Kidul, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak.
Imbas kenaikan harga gabah ini, sawah garapannya dihargai tengkulak Rp 30 juta per bahu atau hektare.
Baca juga: Jaga Stok Pangan, Mas Dhito Bakal Siapkan Warehouse dan Tempat Pengeringan Gabah
Suyoto mengatakan, rata-rata petani di Desa Kedungwaru Kidul, menjual hasil tanam padi mereka dengan ditebas atau jual pohon per bidang sawah.
"Tebasan tiga puluh (juta) paling murah, sebahu (bidang sawah)," katanya kepada Kompas.com, Minggu (28/1/2024).
Baca juga: Harganya Sedang Mahal, Gabah Milik Warga Purworejo Jadi Incaran Pencuri
Suyoto menyebut, ia memiliki beberapa bahu dengan ukuran masing-masing 6.500 meter per segi dan usia padi mencapai 90 hari atau siap panen.
"Usia ditebaskan 90 (hari), rata-rata seperti itu," ujarnya.
Kata dia, tahun ini para petani senang karena hasil tanam mereka dihargai cukup tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya.
"Tujuh belas, enam belas (juta) tahun kemarin. Paling mentok dua puluh juta (per bahu)," katanya.
"Ini mahal puol, ini sudah mentok mahalnya, kalau yang sudah-sudah paling Rp 550.000, Rp 450.000 (gabah per kwintal) ini sudah berlipat-lipat," sambung dia.
Dihubungi terpisah, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinpertan Pangan Demak, Hery Wuryanta mengatakan, untuk saat ini harga gabah di Demak mengalami tren kenaikan dengan harga tertinggi Rp 8.000 per kg.
Menurutnya, di setiap kecamatan harga gabah berbeda-beda. Salah satunya menyesuaikan kualitas gabah dan pengepul.
"Panen saat ini lumayan, harga laporan kemarin yang di Dempet itu Rp 7.800 - Rp 7.900 (per kg), ini berarti kalau ada laporan mungkin yang Rp 8.000 Karanganyar berarti ada tren," ungkapnya.
Ia menyebut, tingginya harga gabah karena ini merupakan panen pertama dari MT1 setelah gabah di Demak sempat langka. Namun harga juga didukung kualitas gabah dan cuaca.
"Memang kalau harga itu kan tergantung cuaca, kalau petani bisa panen, tidak hujan, kemudian juga dia juga menggunakan kombin jadi bisa menghasilkan banyak harganya," tukasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.