FLORES TIMUR, KOMPAS.com - Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, kembali meluncurkan awan panas sejauh 2.000 meter atau 2 kilometer pada Sabtu (20/1/2024).
Pos Pemantau Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki melaporkan, awan panas guguran terjadi pukul 10.20 Wita.
"Terjadi awan panas pukul 10.20 Wita. Jarak luncur lebih kurang 2 kilometer ke arah utara," ujar Bobyson Lamanepa, Petugas Pos PGA Lewotobi Laki-laki di Pululera, Flores Timur, Sabtu.
Baca juga: Gunung Lewotobi Kembali Luncurkan Guguran Lava Sejauh 1 Km
Bobyson mengimbau, masyarakat menjauhi daerah bahaya yang direkomendasikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Rekomendasi tersebut yakni radius 5 kilometer dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki dan sektoral 6 kilometer ke arah utara dan timur laut.
PGA Lewotobi Laki-laki juga melaporkan, luncuran awan panas ke arah yang sama terjadi pada Jumat pukul 10.08 Wita dengan jarak luncur 2 kilometer.
Awan panas disertai gempa letusan atau erupsi dengan amplitudo maksimum 47.3 mm dan durasi lebih kurang 1 menit 6 detik.
Bobyson mengimbau, jika terjadi erupsi dan hujan abu, masyarakat tetap berada di dalam rumah, dan apabila berada di luar rumah disarankan untuk menggunakan pelindung hidung, mulut, dan mata.
Dilansir dari Kompas.com, awan panas guguran atau biasa disebut wedus gembel adalah arus gas dan material piroklastik bersuhu tinggi yang bergerak sangat cepat.
Aliran piroklastik adalah bahaya erupsi gunung api yang paling mematikan dari semua bahaya erupsi dan dihasilkan sebagai akibat dari letusan eksplosif.
Fenomena aliran piroklastik ini mengalir dengan kecepatan tinggi di sepanjang lembah gunung api dengan kecepatan rata-rata 100 km per jam.
Adapun luncuran awan panas guguran mampu mencapai kecepatan hingga 700 km per jam.
Sementara, gas dan tephra yang dibawa oleh awan panas tersebut dapat mencapai suhu sangat panas, sekitar 1.000 derajat celsius.
Baca juga: Apa Itu Awan Panas?
Aliran piroklastik pada umumnya menyentuh tanah dan meluncur menuruni lereng gunung api serta dapat menyebar ke samping di bawah gaya gravitasi.
Kecepatannya tergantung pada kerapatan arus, laju keluaran material vulkanik, dan gradien lereng.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.