SEMARANG, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo turut mengomentari debat pilpres ketiga sebagai ajang saling menyerang secara personal.
Belakangan Jokowi juga menunjukkan kedekatannya dengan Calon Presiden 02, Prabowo Subianto saat makan malam berdua bersama.
Baca juga: Jokowi Minta Format Debat Pilpres Diperbaiki, Mahfud Sebut Sudah Bagus
Pengamat Politik Universitas Diponegoro (Undip) Wahid Abdulrahman menilai sikap Jokowi bukan sesuatu yang tak bermakna. Melainkan sinyal dukungan dan keberpihakan pada paslon 02.
"Pak Jokowi kemudian coba memengaruhi persepsi publik, harusnya tidak semacam itu, tapi itu tujuan dari bagaimana menunjukkan keberpihakan. Kemudian kalau kita runut ya kelihatan, kaya makan bareng dengan ketua partai yang ada di KIM, ini kan sinyal, politik tidak bisa dilepaskan dari sinyal dan simbol itu," ujah Wahid melalui telepon, Rabu (10/1/2023).
Menurut Wahid, sikap Jokowi yang angkat bicara soal debat dilakukan untuk menebus performa debat Prabowo pada Minggu (9/1/2024).
"Kalau saya melihat Pak Jokowi juga merasa harus berkomentar ya, karena melihat itu sangat jauh dengan yang kita bayangkan, ketika temanya itu tema pertahanan, keamanan nasional, globalisasi, geopolitik, politik luar negeri," katanya.
Pasalnya tema debat merupakan bidang yang dipegang oleh Prabowo selama menjabat sebagai Menteri Pertahanan hampir 5 tahun ini. Namun Prabowo tidak menonjolkan keberhasilannya dalam debat dihadapan kedua paslon lainnya, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
"Secara logika kan Pak Prabowo harusnya bisa menguasai dan bisa memberikan momentum untuk menunjukkan keberhasilan, tetapi yang terjadi kan justru sebaliknya, performance jauh di bawah standar dibanding dua paslon lain, menurut saya pun juga paling bawah Prabowo," ungkapnya.
Melihat elektabilitas paslon 01 dan 03 semakin melejit, Jokowi turut andil mengusahakan Pemilu Presiden satu putaran. Sehingga keberpihakan atau tendensi Jokowi pada Paslon 02 semakin terlihat.
"Sebagai seorang negarawan tidak (semestinya bersikap demikian), tapi sebagai seorang bapak dari putranya yang maju (sebagai cawapres pasangan Prabowo) itu tidak bisa dikesampingkan," bebernya.
Baca juga: Bawaslu Nilai Umpatan Prabowo Bisa Masuk Pidana Pemilu
Lebih lanjut, Wahid juga menilai sudah menjadi hal wajar bagi peserta untuk menunjukkan keunggulan dan menilai kelemahan lawan dalam debat.
Semestinya dalam debat Prabowo mampu mengcounter atau membalikan fakta yang disampaikan lawannya. Termasuk menggunakan kesempatan untuk menonjolkan prestasi dan mewaspadai kelemahan yang bakal dijadikan sasaran tembak dari lawan.
"Kemarin yang terjadi Pak Prabowo tidak siap dengan serangan ini, kesannya adalah merasa terpojokan, berkaitan dengan data pertahanan dan capaian, itu kan standar, kalau ada prestasi selama itu dari Kemenhan itu kan harus ditunjukan, perang kinerja dan data kan tidak terjadi, yang terjadi itu hanya pukulan pukulan, Pak Prabowo gagal menangkis apalagi membalas. Ini banyak yang menyebut di bawah standar, kalah lah dibanding 01 dan 03," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.