SEMARANG, KOMPAS.com - Pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip), Nur Hidayat Sardini menyebut PDI-P menjadi partai yang paling siap dengan segala yang terjadi di Pilpres mendatang.
Hal ini disampaikan Nur Hidayat saat dimintai tanggapannya terkait hasil survei Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang belum mengungguli pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Menurut Ketua Bawaslu periode 2008-2011 itu, PDI-P pernah terlatih menjadi oposisi saat masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama 10 tahun.
Baca juga: Ada Dua Momen yang Dinilai Bakal Pengaruhi Hasil Pilpres, Salah Satunya HUT PDI-P
Selain itu, PDI-P juga sudah terlatih menjadi partai pemerintah di masa Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“PDI-P sudah terlatih menjadi oposisi, di dalam kekuasaan dan di luar kekuasaan pernah. Satu-satunya partai paling siap untuk jadi penguasa atau tidak jadi penguasa itu PDI-P,” ujar dosen yang akrab disapa NHS itu, Rabu (6/12/2023).
Sebelumnya diberitakan, hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan elektabilitas pasangan capres-cawapres Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka masih mengungguli paslon lawannya.
Hal ini terungkap dalam temuan survei tatap muka nasional yang dilakukan pada 27 Oktober sampai dengan 1 November 2023 perihal top of mind pemilihan presiden.
Dalam survei ini, sebanyak 33,2 persen responden memilih Ketua Umum Partai Gerindra itu jika pemilihan presiden (pilpres) dilakukan hari ini.
Kendati demikian, Ketua Departemen Ilmu Pemerintahan FISIP Undip itu meyakini partai moncong putih tersebut akan tetap kuat sebagai oposisi sekali pun Ganjar-Mahfud kalah dalam Pilpres 2024.
“Saya rasa PDI-P akan tetap kuat sebagai oposisi. Karena mereka salah satu partai yang terlatih jadi oposisi. Meskipun saat periode kedua pada pemerintah yang diusungnya berakhir tidak mengenakkan,” ujarnya.
Sementara itu, NHS menilai Partai Golkar dalam sepak terjangnya cenderung bermain aman dalam langkah politik dengan selalu bergabung ke dalam pemerintahan yang berkuasa.
“Dia (Partai Golkar) reputasinya enggak pernah jadi oposisi, dia selalu berpihak pada pemenang Pemilu, main aman,” jelas NHS.
Baca juga: Soal Suara PDI-P di Jateng Usai Gibran Jadi Cawapres Prabowo, Bambang Pacul: Dont Worry
Pihaknya mengkritik sikap Golkar dengan julukan ‘Partai Mama’ yang seolah enggan bertarung sebagai oposisi pemerintah.
“Dia adalah ‘partai mama’ yang tidak pernah mau bersusah payah, dia selalu berada di tikungan ketika partai itu menang," ungkapnya.
"Dasar pertimbangannya, ia akan menginduk ke partai pemenang atau diduga akan menang. Walalupun pernah meleset pada 2014 lalu karena sempat dukung Prabowo, tetapi akhirnya dia ikut koalisi pemerintahan Jokowi,” lanjutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.