BANDA ACEH, KOMPAS.com- Namanya Muhammad Yasin (43) sejak 2018 tinggal di Kamp Pengungsian Cox's Bazar, Banglades.
Yasin dan Keluarga adalah warga Rohingya yang terusir dari Myanmar.
Bagi Yasin, tinggal di kamp pengungsian sungguh tidak menyenangkan, semua aktivitas terbatas.
Sering kali mereka mendapat perlakukan tidak baik, dirundung, dipukul, dan perlakukan tidak baik lainnya baik dari pemerintah setempat atau militer.
Baca juga: Beredar Video Pengungsi Rohingya Buang Bantuan Sembako, Pj Gubernur Aceh Minta Warga Bersabar
Sangat susah bekerja dan mendapatkan uang untuk memenuhi kehidupan keluarga, anak-anak tidak bisa mendapat pendidikan, pengungsi tidak dapat layanan kesehatan.
Pengungsi tidak diperlakukan selayaknya manusia lainnya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Yasin menjadi pedagang kecil.
Setiap hari, dia membeli beberapa penganan ringan, dengan uang yang dimiliki.
Lalu sebagian dikonsumsi keluarga dan sebagian dijual kembali kepada pengungsi lain.
Alasan itu yang membuat Yasin dan keluarga memutuskan untuk pergi mengungsi ke negara lain.
Mereka berlayar 20 hari dan perahunya terdampar di pantai timur Aceh yakni di Kuala Matang Peulawi, Kecamatan Perlak, Kabupaten Aceh Timur, pada 27 Maret 2023.
Baca juga: Polisi Tangkap Sopir Truk Pembawa Kabur 36 Pengungsi Rohingya di Aceh Timur
Kemudian mereka dipindahkan ke penampungan Mina Raya, Kabupaten Pidie, pada 28 Maret 2023, bersama 150 pengungsi Rohingya lainnya.
“Selama perjalanan di laut, kondisi kami buruk, kekurangan air, makanan terbatas, sering diterjang badai. anak-anak menjadi sakit. Saya tidak tahu tujuan mengungsi ke mana, tidak pilih negara mana pun. Yang penting tiba selamat dan bisa hidup lebih layak. Terserah mau di Indonesia atau Malaysia,” tutur Yasin kepada Kompas.com saat disambangi di Camp Mina Raya, Padang Tiji, Kabupaten Pidie, akhir September 2023.