KOMPAS.com - MF (16), remaja di Palu, Sulawesi Tengah ditangkap polisi atas kasus pembunuhan siswa SD, AR (8).
Belakangan diketahui, MF merupakan anak pensiunan perwira polisi dengan pangkat terakhir Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) di Sulawesi Tengah.
Aksi pembunuhan oleh anak pensiunan perwira polisi di Polda Sulteng tersebut tergolong keji.
Pelaku mencekik leher korban dan meninggalkannya dalam kondisi telanjang di tempat kejadian perkara.
Kasat Reskrim Polresta Palu, AKP Ferdinand Esau Numbery mengungkap hasil visum luar korban yang ditemukan dalam kondisi telanjang.
Menurutnya, dari hasil visum luar yang dikeluarkan Rumah Sakit (RS) Bhayangkara, tidak ada tanda-tanda kekerasan seksual di tubuh atau alat vital korban.
Baca juga: Anak Pensiunan Polisi di Palu Bunuh Bocah SD, Pelaku Masih Berusia 16 Tahun
AKP Ferdinand mengatakan orang tua korban masih melihat anaknya, AR pada Selasa (30/10/2023) sekitar pukul 19.30 Wita.
"Habis Isya itu anak ini (korban) keluar, begitu mendekati jam 9 malam, orang tuanya sudah mulai khawatir, makanya orang tuanya mulai mencari," ucap dia pada Kamis (2/11/2023).
Saat orang tua korban melakukan pencarian, ada seseorang yang mengatakan bahwa AR dibawa oleh MF (16).
"Saat itu ibunya tanya rumah tersangka, makanya mereka pergi ke sana, sampai di sana mereka panggil tersangka untuk menanyakan korban, katanya korban diturunkan di gang," ujarnya.
Baca juga: Remaja Bunuh Bocah 8 Tahun di Palu, Akui Cekik dan Tinggalkan Korban di Lorong
Keluarga kemudian melakukan pencarian, namun korban tak kunjung ditemukan. Hingga akhirnya keluarga melapor ke Polsek Palu Barat sekitar pukul 21.00 Wita.
Lalu petugas kepolisian mendatangi rumah MF dan menanyakan tempat terakhirnya bersama korban.
"Makanya anak itu (pelaku) dibawa ke TKP dan korban langsung ditemukan, pelaku juga langsung diamankan, korbannya saat itu dibawa ke RS Bhayangkara, jadi tidak sampai 2 hari hilangnya korban, hanya beberapa jam saja," jelasnya.
Ia mengatakan motif pelaku adalah mengajak korban dengan mengiming-imingi bermain stik es krim.
"Tapi tidak ada mau main stiik ini, dia cuman mau ajak berputar-putar saja korban, tapi dalam perjalanan itu mereka jatuh dan saat jatuh itu korban katakan nambongo (bodoh dalam bahasa Kaili) naik sepeda," tuturnya.
Baca juga: Dilaporkan Hilang, Bocah SD di Palu Ditemukan dalam Kondisi Tewas