Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Undip Anggap Ucapan Prabowo yang Wajarkan Dinasti Politik demi Selamatkan Gibran dari Isu Negatif

Kompas.com - 27/10/2023, 07:16 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Pengamat Politik Universitas Diponegoro (Undip), Wahid Abdulrahman menyebut pernyataan Prabowo Subianto yang mewajarkan dinasti politik itu demi menyelamatkan cawapresnya, Gibran Rakabuming Raka, dari isu negatif.

Pasalnya bila tidak segera ditangani, isu tersebut dapat berdampak besar pada elektabilitas Gibran selaku putra sulung Presiden Jokowi.

"Yang disampaikan Pak Prabowo itu saya kira sebuah narasi rasionalisasi untuk meminimalisir persoalan dinasti politik yang saat ini sedang jadi perhatian. Itu adalah cara Pak Prabowo dan tim suksesnya untuk mengurangi efek negatif agar dapat memaksimalkan elektabilitas Mas Gibran," kata Wahid melalui sambungan telepon, Kamis (26/10/2023).

Baca juga: Heran Gibran Dikritik karena Hendak Jadi Cawapres, Prabowo: Dinasti Politik Itu Biasa

Sebelumnya, Prabowo menyebut semua partai juga mempraktikkan politik dinasti, termasuk PDI-P. Menurutnya praktik itu bukan hal negatif karena mengacu pada keluarga yang memilih untuk mengabdikan diri untuk kepentingan bangsa.

“Kita ambil pengertian yang positif dari pengertian dinasti politik adalah keluarga yang patriotik, keluarga yang ingin berbakti pada negara dan bangsa. Salahnya apa? Jangan dipolitisasi,” ujar Prabowo di Djakarta Theater, Jakarta, Selasa (24/10/2023).

Dosen Ilmu Pemerintahan Undip itu juga mengakui bila praktik dinasti politik kerap terjadi di sejumlah segara di Asia. Namun ia menilai kasus Jokowi berbeda karena terkesan terburu-buru.

"Bagaimana pun dinasti politik di Asia terbilang wajar, di Filipina, di India, tapi kita harus lihat dinasti politik yang dibangun Pak Jokowi saat ini di luar model yang selama ini ada di Asia. Dengan cepat, tanpa ada proses panjang, ujuk-ujuk (tiba-tiba) lah bahasa jawanya," beber Wahid.

Sehingga pernyataan Prabowo yang mencontohkan PDI-P dalam praktik dinasti pilitik dinilai kurang tepat. Menurutnya Megawati dan Puan telah melalui proses panjang di dunia politik untuk bisa mencapai posisinya saat ini.

"Bahkan bila dibandingkan dengan Bu Puan di PDI-P, dia sudah lama di kader dan melalui proses panjang," katanya.

Baca juga: Minta Dukungan Rakyat, Prabowo: Jangan Ragu Isu Ini-Itu, Dinasti Ini, Dinasti Itu

Meski Wahid menilai perbandingan Prabowo tidak pas, tapi itu merupakan cara yang harus ditempuh Prabowo demi memenangkan Pilpres 2024.

Pasalnya di samping isu Gibran yang lekat dengan dinasti politik, Prabowo juga masih terus menerus memitigasi isu HAM di masa lalu yang melekat padanya.

"Satu-satunya cara, membuat itu (dinasti politik) rasional. Dibandingkan dengan (partai) yang lainnya itu wajar. Padahal ya beda cerita, beda perjuangan," katanya.

Baca juga: Tak Sepakat Majunya Gibran sebagai Politik Dinasti, Fahri Hamzah: Belum Tentu Menang

Sementara itu, Prabowo juga mencoba menonjolkan usia muda Gibran yang dinilai bakal mewakilkan generasi milenial dan z dengan program yang dibawanya.

Padahal sejauh ini gagasan dan program Gibran masih belum menunjukkan hal baru yang identik dengan kaum muda. Sejumlah programnya relatif sama dengan program Jokowi.

"Ternyata program-program yang disampaikan Mas Gibran (saat deklarasi) pun relatif tidak baru. Artinya dari sisi gagasan kita belum melihat genuine dari Mas Gibran khususnya untuk menarik kalangan milenial," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Berkomitmen Pada zakat, Danny Pomanto Dinobatkan Jadi Duta Zakat Indonesia

Berkomitmen Pada zakat, Danny Pomanto Dinobatkan Jadi Duta Zakat Indonesia

Regional
Kronologi Ibu-ibu Tampar Anggota Polisi di Makassar, Tak Terima Lapaknya Ditertibkan

Kronologi Ibu-ibu Tampar Anggota Polisi di Makassar, Tak Terima Lapaknya Ditertibkan

Regional
Kembalikan Formulir Pilkada ke PDI-P, Wali Kota Semarang Sebut Kriteria Pasangannya

Kembalikan Formulir Pilkada ke PDI-P, Wali Kota Semarang Sebut Kriteria Pasangannya

Regional
Puncak Kemarau di Jateng Diprediksi Juli dan Agustus 2024, Waspada Cuaca Ekstrem

Puncak Kemarau di Jateng Diprediksi Juli dan Agustus 2024, Waspada Cuaca Ekstrem

Regional
Siswa SD Hilang pada Banjir Sumbar, Korban Sempat Tulis Puisi tentang Hutan

Siswa SD Hilang pada Banjir Sumbar, Korban Sempat Tulis Puisi tentang Hutan

Regional
Wakil Wali Kota Teguh Prakosa Daftar Jadi Bakal Cawalkot Solo di PDI-P

Wakil Wali Kota Teguh Prakosa Daftar Jadi Bakal Cawalkot Solo di PDI-P

Regional
Dampak Banjir Bandang Mahakam Ulu, Belum Ada Listrik Menyala di Ujoh Bilang

Dampak Banjir Bandang Mahakam Ulu, Belum Ada Listrik Menyala di Ujoh Bilang

Regional
Bawa Hasil Bumi dan Barongsai, Wali Kota Semarang Kembalikan Formulir Pendaftaran Pilkada ke PDI-P

Bawa Hasil Bumi dan Barongsai, Wali Kota Semarang Kembalikan Formulir Pendaftaran Pilkada ke PDI-P

Regional
Kronologi Ayah Banting Bayinya hingga Tewas di Empat Lawang, Ternyata Sering Lakukan KDRT

Kronologi Ayah Banting Bayinya hingga Tewas di Empat Lawang, Ternyata Sering Lakukan KDRT

Regional
Pesan Pj Bupati Flores Timur di Akhir Masa Jabatan, Minta ASN Jaga Loyalitas

Pesan Pj Bupati Flores Timur di Akhir Masa Jabatan, Minta ASN Jaga Loyalitas

Regional
Simpang Joglo Solo Ditutup Total mulai 21 Mei 2024, Catat Pengalihan Arusnya

Simpang Joglo Solo Ditutup Total mulai 21 Mei 2024, Catat Pengalihan Arusnya

Regional
Bukannya Takut, Awak Bus Ini Malah Senang Saat Dirazia

Bukannya Takut, Awak Bus Ini Malah Senang Saat Dirazia

Regional
Di Seminar Womenpreneur, CEO Buttonscarves Blak-blakan Ungkap Latar Belakangnya

Di Seminar Womenpreneur, CEO Buttonscarves Blak-blakan Ungkap Latar Belakangnya

Regional
Preman Pemalak Pedagang Duku di Lampung Ditangkap, Modusnya Adang Mobil Korban dan Minta 'Uang Jalan'

Preman Pemalak Pedagang Duku di Lampung Ditangkap, Modusnya Adang Mobil Korban dan Minta "Uang Jalan"

Regional
Sederet Program Gratis sejak Lahir hingga Meninggal Dunia dari Pemkot Tangerang

Sederet Program Gratis sejak Lahir hingga Meninggal Dunia dari Pemkot Tangerang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com