KOMPAS.com - Fitriah bak tersambar petir di siang bolong melihat kenyataan sang putri, Fadila, pergi untuk selamanya.
Lebih pedih lagi, kematian anak berusia 9 tahun itu akibat perlakuan keji sang ayah, Suparman. Pria 42 tahun tersebut menganiaya Fadila hingga tewas.
"Ya Allah, saya kerja tanpa berhenti, hanya untuk menghidupi anak-anak saya, tega sekali pembunuh itu, ya Allah, ya Allah," tangis Fitriah yang histeris saat Kompas.com menemuinya di rumahnya Lingkungan Karang Kemong, Cakra Barat, Kota Mataram, Minggu (22/10/2023).
Mata masih sembab dan tangannya memegang dada seolah menyesali apa yang terjadi pada Sabtu (21/10/2023), saat dirinya tengah bekerja menjadi pembantu rumah tangga.
Baca juga: Ayah di Mataram Diduga Aniaya Anak sampai Meninggal
"Saya juga bangunkan dia dan memintanya bersiap mengenakan pakaian adat khas Sasak (Lombok) Lambung, mengikuti pekan budaya di sekolah tiap Sabtu pagi."
"Anak saya itu sempat minta uang sebelum ke sekolah, saya kasih," tutur Fitriah dengan suara bergetar.
Wanita 40 tahun ini mengatakan tak ada yang aneh dari sikap suaminya.
Setelah anaknya berangkat sekolah, dia pun pergi bekerja seperti biasanya, sempat pulang sebentar dan korban kembali minta uang untuk beli lingquine (stik untuk pasta yang bisa dibeli bijian oleh anak anak).
Fitriah memberikan Rp 10.000 pada korban yang kembali bermain main.
Fitriah baru menyadari bahwa sebelum kejadian, suaminya mulai aneh. Setelah dia pulang pukul 10.00 Wita dan kembali lagi bekerja, sang suami menelepon, menanyakan kapan dia kembali.
Baca juga: Bos Hotel di Jepara Baru 5 Hari Keluar Penjara, Kembali Aniaya Mantan Istri hingga Tewas
"Dia nelpon saya dan tanya kapan kembali, saya bilang masih kerja. Beberapa saat lagi, dia menelepon kembali dan tanya saya kapan kembali, saya jawab dengan nada tingga belum, karena masih kerja," cerita Fitriah.
Sang suami kembali meneleponnya dan bertanya lagi kapan dia kembali membuat Fitriah mengaku kesal.
Kemudian, dia bertanya di mana suaminya saat menelepon, apakah di kos atau di rumah ibunda (ibunya Fitriah) yang baru 9 hari lalu meninggal dunia.
"Dia jawab saya, 'di atas langit di bawah tanah', kata dia menggoda lalu saya matikan. Kembali dia menelepon dan tanya lagi kapan saya pulang, saya matikan teleponnya dan jawab belum pulang," katanya.
Lalu, pukul 17.00 Wita sang suami menelepon lagi sambil nangis. Ini membuat Fadia khawatir.