Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penampakan "Kampung Mati" di Semarang, Dulu Ternyata Perumahan Elit pada 1980-an

Kompas.com - 17/10/2023, 14:50 WIB
Muchamad Dafi Yusuf,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Keberadaan "Kampung Mati" di Kelurahan Cepoko, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) sempat menghebohkan warga setelah viral di media sosial (medsos) beberapa waktu lalu.

Sebuah daerah yang dulunya disebut Kampung Mati itu dulu dikenal dengan Perumahan Dua Belas, karena jumlah rumah yang dibangun di tempat tersebut berjumlah dua belas.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, memang banyak bangunan rumah yang terbengkalai. Beberapa rumah juga sudah tertutup rumput ilalang. Selain itu, atap rumah tersebut juga banyak yang sudah roboh.

Baca juga: Cerita Satu-satunya Warga yang Masih Tinggal di Kampung Mati Cepoko Semarang, Banyak yang Datang Malam Hari

Perumahan yang dibangun sekitar 1980-an itu hanya tinggal satu rumah yang aktif sebagai tempat tinggal dan bisnis di lokasi yang disebut horor tersebut.

Kini, sejumlah rumah sudah dibeli oleh seorang pengusaha asli Desa Cepoko yang bernama Sumardani. Saat ini, salah satu rumahnya dia sewakan untuk bisnis gas elpiji.

"Enggak tahu siapa yang buat nama Kampung Mati," jelasnya saat ditemui di tempat usahanya di Desa Cepoko, Selasa (17/10/2023).

Dia membenarkan jika lokasi yang disebut sebagai Kampung Mati itu bernama Perumahan Dua Belas. Saat ini, sebanyak 7 rumah sudah menjadi hak miliknya sejak tahun 2000-an.

"Tadinya ada 12 rumah dan sudah pada saya beli 7 rumah," kata dia.

Pada awalnya, rumah yang berada di Kampung Mati merupakan perumahan elit pada zamannya. Namun, pada 1987-an, beberapa penghuni rumah itu menjadi korban Tragedi Mina.

Baca juga: Cerita Kampung Mati di Cepoko Semarang, Rumah-rumah Megah Ditinggalkan, Ini Faktanya

"Beberapa rumah itu sempat dijual untuk biaya haji, namun malah menjadi korban Tragedi Mina. Hingga tahun 2000-an rumah itu mangkrak, kemudian saya beli," paparnya.

Tidak horor

Nailil (23) warga yang masih tinggal di permukiman tersebut mengatakan, banyak orang yang membuat konten horor di tempat tersebut tanpa seijin dia. Hal itu membuatnya menjadi risih.

"Terganggu dengan adanya konten-konten horor itu. Apalagi buatnya tanpa ijin," jelasnya saat ditemui di rumah yang dia sewa dari Sumardani.

Dia menjelaskan, tempat tinggalnya mulai dibuat konten sejak dua tahun lalu. Menurutnya, banyak informasi yang diposting di media sosial yang justru tidak sesuai fakta.

"Pada buat konten katanya horor, padahal saya di sini biasa saja. Tak ada kesan horor," kata dia menceritakan.

Baca juga: Sejarah “Kampung Mati” yang Viral di Bekasi: Dulu Tampung Pengungsi Vietnam dan Sempat Jadi Sarang Narkoba

Penampakan salah satu rumah di perumahan yang disebut Kampung Mati di Desa Cepoko, Kota Semarang, Jawa Tengah KOMPAS.COM/Muchamad Dafi Yusuf Penampakan salah satu rumah di perumahan yang disebut Kampung Mati di Desa Cepoko, Kota Semarang, Jawa Tengah 

Nailil mengaku sudah dua tahun tinggal di tempat tersebut. Dia menempati satu rumah yang berada di bagian depan untuk digunakan sebagai gudang sekaligus kantor gas elpiji.

"Konten-konten itu juga bisa ganggu jualan ini khawatirnya. Makannya, kenapa pada tak ijin kalau buat konten di sini," paparnya.

Selama ini, banyak konten kreator yang buat video di tempatnya dengan cara diam-diam ketika malam hari sehingga mengganggunya.

"Kalau tidak biasanya pada ke sini saat saya tidak ada di sini (rumah)," imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPU Karawang Polisikan Pembuat SK Palsu Caleg Terpilih

KPU Karawang Polisikan Pembuat SK Palsu Caleg Terpilih

Regional
Diduga Lecehkan Santri, Ponpes di Sekotong Lombok Dirusak Warga

Diduga Lecehkan Santri, Ponpes di Sekotong Lombok Dirusak Warga

Regional
Didorong Maju Pilkada, Rumah Petani di Brebes Digeruduk Ribuan Warga

Didorong Maju Pilkada, Rumah Petani di Brebes Digeruduk Ribuan Warga

Regional
Kaget Ada Motor yang Melintas, Truk di Semarang Tabrak Jembatan Penyeberangan Orang

Kaget Ada Motor yang Melintas, Truk di Semarang Tabrak Jembatan Penyeberangan Orang

Regional
Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Tawuran Pelajar SMK di Jalan Raya Bogor, Satu Tewas akibat Luka Tusukan

Regional
Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Kunjungi Banyuwangi, Menhub Siap Dukung Pembangunan Sky Bridge

Regional
Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Berlayar Ilegal ke Australia, 6 Warga China Ditangkap di NTT

Regional
Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Video Viral Diduga Preman Acak-acak Salon di Serang Banten, Pelaku Marah Tak Diberi Uang

Regional
Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Tawuran 2 Kampung di Magelang, Pelaku Kabur, Polisi Amankan 5 Motor

Regional
Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Dua Dekade Diterjang Banjir Rob, Demak Rugi Rp 30 Triliun

Regional
Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Rektor Universitas Riau Cabut Laporan Polisi Mahasiwa yang Kritik UKT

Regional
Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Regional
Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Regional
Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Regional
Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com