KLATEN, KOMPAS.com - Kebutuhan pangan, khususnya beras di Klaten, Jawa Tengah, dipastikan aman, meski dampak kemarau panjang.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten, Widiyanti mengatakan, stok beras di Klaten sampai dengan November mencapai 51.500 ton.
Bahkan, lanjut Widiyanti, Klaten surplus beras karena kebutuhan pangan hingga akhir tahun sekitar 37.000-38.000 ton.
"Insya Allah, ketersediaan pangan di Klaten, khususnya kaitannya beras Insya Allah cukup. Kita masih surplus," kata Widiyanti dihubungi Kompas.com, Selasa (19/9/2023).
Widiyanti menyampaikan, luas sawah di Klaten yang ditanami padi sampai dengan pertengahan September ada 13.600 hektar. Jumlah itu tersebar di 26 kecamatan.
Jika dihitung luas panennya, lanjut Widiyanti, dari awal September sampai November ada sekitar 13.800 hektar.
"Sawah eksisting yang ditanami padi sampai pertengahan September ada 13.600 hektar. Kalau kita hitung luas panennya dari tanggal 1 September sampai November kurang lebih sekitar 13.800 hektar. Lha itu setara kalau dijadikan gabah 83.000 ton atau setara 51.500 ton beras," terang dia.
Widiyanti juga menyampaikan, masih ada petani di Klaten yang mulai pertengahan September sampai Desember menanam padi.
"Mulai pertengahan September ini sampai dengan Desember kita masih ada petani yang menanam padi. Memang estimasi kita kurang lebih sekitar 19.000 hektar," terang dia.
Meski surplus beras, Widiyanti mengakui, luas sawah di Klaten yang ditanami padi jumlahnya berkurang dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Hal tersebut disebabkan karena ada beberapa wilayah tertentu di Klaten yang ketersediaan airnya berkurang. Diperkirakan ada sekitar 200 hektar sawah yang tidak ditanami padi karena kurang air.
"Kalau tahun lalu masih masuk La Nina. Ketersediaan airnya cukup banyak. Kalau el nino ketersediaan air berkurang. Tapi kita tahu di Klaten terkenal kota 1.000 umbul. Memang di daerah-daerah tertentu khususnya Cawas, di daerah selatan yang tidak punya umbul memang ada dampak (kemarau)," ungkap dia.
Baca juga: Harga Beras di Sikka Tembus Rp 16.000 Per Kilogram, Ini Penyebabnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.