Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik Reklamasi di Lampung, Nelayan Harus Memutar untuk Melaut

Kompas.com - 17/09/2023, 19:55 WIB
Tri Purna Jaya,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi


LAMPUNG, KOMPAS.com - Reklamasi yang terjadi di Pantai Karang Jaya, Bandar Lampung membuat akses nelayan tertutup ke perkampungan.

Salah satu nelayan, Umar (35) mengatakan, luas area perairan yang bakal direklamasi itu seluas 14 hektar. Area tersebut mulai dari lahan PT Sinar Jaya Inti Mulya (PT SJIM) hingga seluruh perairan dangkal di sepanjang Pantai Karang Jaya.

Menurut Umar, jika reklamasi selesai maka akses di perkampungan nelayan ke lautan akan tertutup.

Baca juga: Saat Nelayan di Lampung Tak Bisa Lagi Cari Ikan akibat Reklamasi...

"Jelas tertutup nanti, nggak bisa lagi langsung ke rumah, harus memutar," kata Umar saat ditemui, Sabtu (16/9/2023).

Akibatnua, untuk mencapai perairan demi mencari ikan, para nelayan harus memutar cukup jauh.

"Karena ada reklamasi ini, kami harus muter. Jadi minyak (bahan bakar) habis nambah jadi 2 liter, nambah dua kali lipat pengeluarannya," kata dia.

Sementara, dampak akibat reklamasi saat ini sudah dirasakan para nelayan dengan berkurangnya tangkapan ikan, udang, maupun cacing laut.

"Mata pencaharian kami terganggu, karena selama itu kami hidup dari laut ini, cari ikan, cacing laut dari situ, tapi sekarang udah gak bisa lagi cari makan di situ," kata Umar.

Umar sendiri biasa mencari cacing laut di perairan dangkal sekitar perkampungan untuk dijual kembali sebagai umpan pemancing.

"Di sini banyak sebenarnya, tapi sekarang udah nggak ada lagi. Sebelum ada reklamasi ini lancar (mencari ikan)," kata dia.

Terancamnya perairan dangkal itu juga dirasakan nelayan pinggiran seperti Habsy (38). Bagi Habsy, untuk pergi mencari ikan ke tengah laut sangat berbahaya jika mengandalkan perahu ketinting seperti yang ia miliki.

"Saya cuma nelayan pinggiran, cari ikan pakai pancingan, ya di pinggir, nggak bisa ke tengah," katanya.

Dengan adanya reklamasi yang bakal menimbun seluruh perairan dangkal di Pantai Karang Jaya itu sudah dipastikan mengganggu mata pencaharian nelayan pinggiran seperti Habsy.

Baca juga: Proyek Reklamasi di Lampung Dibahas DPR RI, Komisi IV: Perusahaan Menerjemahkan Aturan Seenaknya

Diberitakan sebelumnya, proyek reklamasi di Pantai Karang Jaya menjadi polemik berkepanjangan. Reklamasi ini bahkan dibahas oleh Komisi IV DPR RI bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan menjatuhkan sanksi kepada PT Sinar Jaya Inti Mulya (PT SJIM) atas kegiatan reklamasi di Pantai Karang Jaya.

Pendapat itu disampaikan anggota Komisi IV DPR RI asal Lampung Hanan A Razak.

Dalam rapat tersebut, politisi Partai Golkar itu menyebut PT SJIM mengadakan reklamasi di teluk Lampung tanpa persetujuan dan dokumen KKRPL (Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut).

"Saya kira ini harus diambil langkah-langkah karena mereka (PT SJIM) menterjemahkan aturan menurut mereka sendiri," kata Hanan dikutip dari channel YouTube Komisi IV DPR RI, Kamis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mantan Bos PSIS dan Ketua Citarum Jogging Club Kompak Dukung Mbak Ita Maju di Pilwalkot Semarang 2024

Mantan Bos PSIS dan Ketua Citarum Jogging Club Kompak Dukung Mbak Ita Maju di Pilwalkot Semarang 2024

Regional
Begini Kondisi Anak yang Diracuni Ibu Tiri di Rokan Hilir

Begini Kondisi Anak yang Diracuni Ibu Tiri di Rokan Hilir

Regional
Demi Curi Mobil, Sindikat Ini Beli GPS Rp 1,2 Juta Tiap Beraksi

Demi Curi Mobil, Sindikat Ini Beli GPS Rp 1,2 Juta Tiap Beraksi

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Banjir Bandang Rendam Ratusan Rumah di Melawi Kalbar, Jembatan Putus

Banjir Bandang Rendam Ratusan Rumah di Melawi Kalbar, Jembatan Putus

Regional
Polisi Gagalkan Peredaran 145 Bungkus Jamur Tahi Sapi di Gili Trawangan

Polisi Gagalkan Peredaran 145 Bungkus Jamur Tahi Sapi di Gili Trawangan

Regional
Bantah Pemerasan, Kejati NTB Sebut Pegawai Kejagung Ditangkap karena Bolos

Bantah Pemerasan, Kejati NTB Sebut Pegawai Kejagung Ditangkap karena Bolos

Regional
Jaga Kekondusifan Setelah Pemilu, Perayaan HUT Ke-283 Wonogiri Dilakukan Sederhana

Jaga Kekondusifan Setelah Pemilu, Perayaan HUT Ke-283 Wonogiri Dilakukan Sederhana

Regional
Pengakuan Ibu Racuni Anak Tiri di Riau: Saya Kesal sama Bapaknya

Pengakuan Ibu Racuni Anak Tiri di Riau: Saya Kesal sama Bapaknya

Regional
Selesaikan Persoalan Keterlambatan Gaji PPPK Guru di Kota Semarang, Mbak Ita: Sudah Siap Anggarannya, Gaji Cair Sabtu Ini

Selesaikan Persoalan Keterlambatan Gaji PPPK Guru di Kota Semarang, Mbak Ita: Sudah Siap Anggarannya, Gaji Cair Sabtu Ini

Regional
Beri Sinyal Maju Pilkada Semarang, Mbak Ita: Tinggal Tunggu Restu Keluarga

Beri Sinyal Maju Pilkada Semarang, Mbak Ita: Tinggal Tunggu Restu Keluarga

Regional
Terjepit di Mesin Conveyor, Buruh Perusahaan Kelapa Sawit di Nunukan Tewas

Terjepit di Mesin Conveyor, Buruh Perusahaan Kelapa Sawit di Nunukan Tewas

Regional
Hejo Forest di Bandung: Daya Tarik, Biaya, dan Rute

Hejo Forest di Bandung: Daya Tarik, Biaya, dan Rute

Regional
Kronologi Pria di Majalengka Bakar Rumah dan Mobil Mantan Istri Lantaran Ditolak Rujuk

Kronologi Pria di Majalengka Bakar Rumah dan Mobil Mantan Istri Lantaran Ditolak Rujuk

Regional
Terima Laporan Rektor Universitas Riau ke Mahasiswanya, Polda: Kami Coba Mediasi

Terima Laporan Rektor Universitas Riau ke Mahasiswanya, Polda: Kami Coba Mediasi

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com