SUKOHARJO, KOMPAS.com - Kemarau panjang tahun ini sangat dirasakan ribuan warga di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Mereka harus mengandalkan dropping air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan relawan karena air sumur yang biasa mereka gunakan tak cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Baca juga: Rintis 300 Sumur Resapan, Joko Ingin Wariskan Mata Air Bukan Air Mata
Berdasarkan data BPBD Sukoharjo ada sebanyak 8.002 jiwa yang terdampak kekeringan akibat musim kemarau. Mereka tersebar di 12 desa di 3 kecamatan.
"Ada tiga kecamatan yang terdampak kekeringan. Weru, Bulu dan Tawangsari. Warga yang terdampak ada 8.002 jiwa," kata Kepala BPBD Sukoharjo, Ariyanto Mulyatmojo dihubungi Kompas.com, Selasa (12/9/2023).
Ari menyampaikan, sebenarnya sumber air bersih yang biasa digunakan warga masih ada. Tetapi, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Sumber air ada tapi sedikit banget. Jadi kurang (untuk digunakan sehari-hari). Bukan kering kerontang dua hari sekali masih bisa digunakan," ungkap dia.
Baca juga: Kekeringan, Kera Liar Masuk Permukiman Warga di Semarang untuk Cari Makan
Karena itu, untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga yang terdampak, BPBD melakukan dropping air bersih secara bergiliran.
"Jadi karena keterbatasan armada itu, dua dari PDAM, dua dari PMI itu satu armada paling hanya tiga, empat kali dropping," kata Ari.
Ari juga mengatakan, dampak kekeringan ini tidak berpotensi meluas ke wilayah lain di Sukoharjo. Hanya tiga kecamatan tersebut yang mengalami kekeringan. Artinya, sudah menjadi langganan setiap musim kemarau.
"Kecamatan yang lain kayaknya tidak. Pengalaman dari tahun ke tahun itu hanya tiga kecamatan itu (yang terdampak kekeringan)," ungkap Ari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.