KOMPAS.com - Sesajen Jawa adalah persembahan sebagai bentuk terima kasih dan penghormatan kepada leluhur.
Isi sajen Jawa berupa makanan, minuman, dan berbagai benda-benda lainnya.
Beberapa tradisi masih menggunakan sesajen sebagai bagian peninggalan nenek moyang
Sesajen merupakan tradisi Jawa dengan menyuguhkan aneka makanan atau sejenisnya (dalam bahasa jawa disebut umbo rampe) yang ditujukan kepada leluhur dan orang yang telah meninggal.
Tujuan sesajen Jawa untuk memberikan doa dalam bentuk makanan agar yang telah meninggal mendapatkan pengampunan atas segala amal perbuatannya di sisi Tuhan Yang Maha Esa.
Dilansir dari laman Sonora, sesajen juga menjadi bentuk alkuturasi atau proses pencampuran budaya pra Islam dan Islam pada saat masuk di tanah Jawa.
Baca juga: Mengenal Tradisi Sesajen di Indonesia
Sesajen dipandang sebagai cara orang Jawa menterjemahkan untuk mendapatkan keselamatan di akhirat.
Sesajen Jawa merupakan bentuk kearifan lokal, dimana nenek moyang memaknai ajaran-ajaran Islam secara berkesinambungan.
Sesajen Jawa digunakan dalam beragam tradisi yang masih digunakan saat ini. Sebagian tradisi tersebut menarik bagi wisatawan.
Berikut ini adalah tradisi Jawa yang masih menggunakan sesajen.
Nadran dilakukan masyarakat pesisir utara Jawa dengan melemparkan sesajen ke laut.
Kegiatan nadran sebagai bentuk syukur dalam melaut selama setahun penuh dan juga sebagai pengharapan adanya peningkatan rezeki.
Nadran dilakukan dengan mengumpulkan sesajen sebagai simbol persembahan melaut.
Tradisi nadran merupakan perpaduan budaya Hindu dan Islam. Sesajen sebagai simbol ritual agama Hindu.
Menurut masyarakat setempat nadran berasal dari kata nazar dalam gramatikal bahasa Arab bermakna pemenuhan janji.
Baca juga: Larung Sesaji, Tujuan, Makna, dan Waktu Palaksanaan