KOMPAS.com - Kabupaten Wonosobo adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, yang memiliki ibu kota di Kota Wonosobo.
Wilayah Kabupaten Wonosobo terkenal dengan potensi wisata Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau), energi panas bumi yang telah dimanfaatkan sebagai PLTU, serta adanya kawah degan panorama yang indah.
Wilayah Wonosobo juga termasuk dalam bagian tengah zona fisiografi di jalur Pegunungan Serayu Selatan Bagian Utara, yang sangat mendukung kegiatan pertanian.
Baca juga: Carica, Buah Khas Dieng yang Dibawa Belanda saat Perang Dunia II
Setiap tahun, hari jadi Kabupaten Wonosobo selalu diperingati dan dirayakan pada tanggal 24 Juli.
Lantas apa alasan tanggal 24 Juli ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Wonosobo?
Baca juga: Mengenal Purwaceng, Herbal Khas Dieng yang Banyak Dikonsumsi Pria
Dilansir dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Wonosobo, sejarah wilayah ini tidak dapat dilepaskan dari kisah tiga pengembara yaitu Kyai Kolodete, Kyai Karim, dan Kyai Walik.
Ketiga pengembara ini masuk ke wilayah Wonosobo pada awal abad ke-17, yang kemudian berpisah dan menempati tiga wilayah berbeda.
Kyai Kolodete diketahui membuka permukiman di Dataran Tinggi Dieng, Kyai Karim bermukim di sekitar Kalibeber, dan Kyai Walik memilih tinggal di wilayah yang kini menjadi Kota Wonosobo.
Baca juga: 25 Tempat Wisata Wonosobo, Ada Dataran Tinggi Dieng
Dari ketiga pengembara itu pula, muncul anak keturunan yang di kelak di kemudian hari menjadi penguasa di seputar Wonosobo.
Seperti salah seorang cucu Kyai Karim yang sering disebut dengan nama Ki Singowedono mendapat hadiah dari Keraton Mataram berupa sebuah wilayah di Selomerto.
Ki Singowedono kemudian mendapat gelar Tumenggung Jogonegoro yang jejaknya dapat ditelusuri di makamnya yang berada di Desa Pakuncen, Selomerto.
Dari Selomerto pula sejarah nama Wonosobo diyakini bermula. Kata Wonosobo diketahui memiliki arti bahasa Jawa yaitu tempat berkumpul di hutan.
Banyak pihak meyakini, kata Wonosobo berasal dari sebuah dusun bernama Wanasaba di Desa Polobangan, Selomerto yang didirikan oleh Kyai Wanasaba.
Dusun kecil tersebut hingga kini masih dikunjungi para peziarah yang ingin berdoa di makam Kyai Wanasaba, Kyai Goplem, Kyai Putih, dan Kyai Wan Haji.
Pada masa penjajahan Belanda, Wonosobo juga dijadikan salah satu basis pertahanan pasukan pendukung Pangeran Diponegoro di masa Perang Jawa (Perang Diponegoro) di tahun 1825 hingga 1830.