SEMARANG, KOMPAS.com - Hembusan angin dan sayup-sayup suara deru ombak begitu terasa di tepi Banjir Kanal Barat yang dekat dengan Pantai Baruna, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Banyak yang belum tahu jika di tempat tersebut terdapat Monumen Ketenangan Jiwa. Monumen tersebut merupakan saksi bisu pertempuran lima hari di Kota Semarang.
Namun sayang, monumen bersejarah itu terancam tenggelam oleh rob. Satu-satunya jalan ke lokasi hanya bisa dilalui pada waktu-waktu tertentu.
Sekitar pukul 09.00 WIB rob mulai menggenangi jalan ke arah Monumen Ketenangan Jiwa. Kami harus berjalan kaki untuk melanjutkan perjalanan.
Baca juga: Curhatan Pelajar Semarang, Rela Terjang Rob Setiap Hari Agar Bisa Sekolah
Pemerhati Sejarah Kota Semarang, Johanes Christiono mengatakan, akses menuju Monumen Ketenangan Jiwa memang terbatas. Pengunjung harus melewati jalan sempit dan beberapa kandang kambing untuk ke lokasi.
"Dulu di sana juga dijadikan tempat wisata pantai," jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (14/6/2023).
Johanes mengaku miris setelah mendengar rob mulai merendam jalan menuju Monumen Ketenangan Jiwa. Monumen tersebut merupakan saksi bisu yang merekam pertempuran lima hari di Semarang.
"Sayang jika monumen itu tidak terurus," kata dia.
Dia menjelaskan, dua tahun yang lalu Duta Besar Jepang sempat mengunjungi monumen yang berada di Banjir Kanal Barat (BKB). Menurutnya, pemerintah bisa bekerja sama dengan Kedutaan Jepang agar Monumen Ketenangan Jiwa terurus.
"Mestinya kalau Pemerintah Kota Semarang tidak mau merawat dan mengeluarkan biaya, kenapa tidak bekerja sama saja dengan kedutaan (Jepang) untuk membangun akses jalan menuju lokasi," ucap Johanes.
Johanes mengatakan, Monumen Ketenangan Jiwa dibangun 14 Oktober 1988 oleh pemerintah dan warga Jepang.
"Monumen itu dibangun untuk mengingat korban dari Jepang yang saat itu banyak yang dibuang di aliran Sungai Banjir Kanal Barat Semarang," jelasnya.
Terdapat nama-nama tentara Jepang dan warga sipil yang tewas karena pertempuran lima hari di Kota Semarang. Ada sekitar 150 nama yang tertulis di monumen tersebut.
"Pada prasasti batu granit besar itu juga dituliskan kisahnya," ujarnya.
Menurutnya, jika menghadap batu Monumen Ketenangan Jiwa tersebut maka searah ke Tokyo, Jepang sebagai titik koordinatnya.