Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mama Agnes Tinggal di Gubuk Bersama Anak yang Gangguan Jiwa, Kesulitan Penuhi Kehidupan Sehari-hari

Kompas.com - 29/09/2021, 15:22 WIB
Nansianus Taris,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

MAUMERE, KOMPAS.com - Mama Agnes Nurak (68), seorang warga Dusun Krado, Desa Ipir, Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), terpaksa harus banting tulang untuk menghidupi dirinya bersama sang anak.

Sang suami, telah lama merantau ke Kalimantan, tetapi tidak pernah mengirim uang. Bahkan memberi mereka kabar pun tak pernah.

Sejak kepergian sang suami, mama Agnes tinggal berdua bersama seorang putrinya bernama Dua Mitan (35) yang menderita gangguan jiwa.

Keduanya mendiami gubuk reyot berdinding bebak. Kondisinya sudah miring, nyaris roboh.

Di gubuk reyot itu, mereka hidup tanpa listrik. Untuk penerangan malam, mereka mengandalkan lampu pelita dengan bahan bakar minyak tanah.

Gubuk mama Agnes memang agak jauh dari permukiman warga lain di dusun itu.

Mama Agnes menuturkan, ia sudah puluhan tahun ditinggal pergi sang suami yang merantau di Kalimatan.

Mama Agnes memiliki tujuh anak, enam perempuan dan satu laki-laki. Keenam anaknya telah berkeluarga dan tinggal di tempat berbeda.

Baca juga: Kelucuan Pak Siro yang Divaksin di Jalan, Sempat Minta Vaksin Berbentuk Pil karena Takut Disuntik

Bahkan ada di luar Kabupaten Sikka. Mereka pun jarang menjenguk mama Agnes dan Dua Mitan.

“Yang tinggal dengan saya sekarang ini satu orang. Ia mengalami gangguan jiwa," tutur Agnes di kediamannya, Rabu siang.

Mama Agnes mengaku, sebelumnya ia masih kuat bekerja menafkahi keluarganya. Ia sendiri bekerja sebagai petani.

Kini, usianya tak muda lagi. Ia sudah tidak sanggup lagi bekerja. Karena itu, kini, ia dan putrinya itu sangat susah untuk mendapatkan makanan.

Untuk makan, kata dia, ia terpaksa mengutang beras di tetangga. Beras itu kemudian dibayar jika sudah memilih kemiri di kebun.

"Hasil jual kemiri baru saya bayar utang beras di tetangga. Utang juga kadang orang kasih dan kadang juga tidak," kata mama Agnes.

Jika tidak ada tetangga yang meminjamkan beras, ia terpaksa jalan dari rumah ke rumah untuk meminta ubi kayu, keladi, atau jagung untuk makan.

Hal itu terpaksa dilakukan untuk bertahan hidup bersama anaknya.

"Kalau ubi kayu dan keladi juga tidak dapat, kami hanya parut kelapa dan masak sayur untuk makan. Itu jalan terakhir agar bertahan hidup," jelasnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemkot Tangerang Raih WTP 17 Kali Berturut-turut, Pj Nurdin: Harus Koheren dengan Kualitas Pelayanan Publik

Pemkot Tangerang Raih WTP 17 Kali Berturut-turut, Pj Nurdin: Harus Koheren dengan Kualitas Pelayanan Publik

Regional
Rektor Laporkan Mahasiswa yang Kritik UKT, Unri Angkat Bicara

Rektor Laporkan Mahasiswa yang Kritik UKT, Unri Angkat Bicara

Regional
Ratusan Moge Mangkrak di Kantor Polisi, Disita dari Geng Motor dan Pakai Knalpot Brong

Ratusan Moge Mangkrak di Kantor Polisi, Disita dari Geng Motor dan Pakai Knalpot Brong

Regional
Ibu di Riau Coba Bunuh Anak Tirinya dengan Racun Tikus

Ibu di Riau Coba Bunuh Anak Tirinya dengan Racun Tikus

Regional
Rodjo Tater di Tegal: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Rodjo Tater di Tegal: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Regional
Datangi Gedung DPRD, Puluhan Tenaga Honorer Minta 4.222 Pegawai Diangkat Jadi ASN

Datangi Gedung DPRD, Puluhan Tenaga Honorer Minta 4.222 Pegawai Diangkat Jadi ASN

Regional
BPBD OKU Evakuasi Korban Banjir di 4 Kecamatan

BPBD OKU Evakuasi Korban Banjir di 4 Kecamatan

Regional
Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali Dibunuh Usai Hubungan Sesama Jenis, Ini Kronologi dan Motifnya

Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali Dibunuh Usai Hubungan Sesama Jenis, Ini Kronologi dan Motifnya

Regional
2 Tersangka Pemalsuan Surat Tanah yang Libatkan Pj Walkot Tanjungpinang Ditahan

2 Tersangka Pemalsuan Surat Tanah yang Libatkan Pj Walkot Tanjungpinang Ditahan

Regional
2 Mobil Mewah Milik Tersangka Kasus Investasi Bodong Berkedok Bisnis BBM di Kalsel Disita

2 Mobil Mewah Milik Tersangka Kasus Investasi Bodong Berkedok Bisnis BBM di Kalsel Disita

Regional
Pengerjaan Jalan di Purworejo Dikeluhkan Warga, DPUPR Sebut Proses Lama karena Ini

Pengerjaan Jalan di Purworejo Dikeluhkan Warga, DPUPR Sebut Proses Lama karena Ini

Regional
Gubernur Kepri Minta Malaysia Lepas Nelayan Natuna yang Ditahan

Gubernur Kepri Minta Malaysia Lepas Nelayan Natuna yang Ditahan

Regional
Banjir di Sumsel Meluas, Muara Enim Ikut Terendam

Banjir di Sumsel Meluas, Muara Enim Ikut Terendam

Regional
Bunuh Anggota Polisi, Remaja di Lampung Campur Racun dan Obat Nyamuk ke Minuman Korban

Bunuh Anggota Polisi, Remaja di Lampung Campur Racun dan Obat Nyamuk ke Minuman Korban

Regional
Rayakan Tradisi Leluhur, 1.500 Warga Baduy 'Turun Gunung' pada 17 Mei 2024

Rayakan Tradisi Leluhur, 1.500 Warga Baduy "Turun Gunung" pada 17 Mei 2024

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com