BLITAR, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar mengeluhkan banyaknya warga yang tidak bersedia disuntik vaksin merek AstraZeneca dan Moderna.
Banyak warga batal menghadiri undangan vaksinasi Covid-19 setelah tahu vaksin yang digunakan adalah AstraZeneca atau Moderna.
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Endro Pramono mengatakan, percepatan vaksinasi di Kabupaten Blitar beberapa kali terhambat lantaran warga tidak bersedia menerima suntikan vaksin AstraZeneca atau pun Moderna.
"Itu sulit mengundang warga untuk vaksinasi kalau pakai AstraZeneca atau Moderna. Merek Sinovac itu yang paling laku," kata Endro kepada wartawan, Rabu (29/9/2021).
Baca juga: Saat Pembagian Telur Gratis di Blitar Berujung Kericuhan, Polisi Turun Tangan
Padahal, tambah Endro, persediaan vaksin Sinovac saat ini sudah sangat menipis.
Ia tak memerinci jumlah vaksin Sinovac yang tersedia. Namun, menurutnya, stok yang ada akan habis dalam sehari saja.
"Sinovac bisa dikatakan sudah kosong. Dipakai sehari, hari ini saja sudah habis," ujarnya.
Meski tak banyak, Endro menuturkan, stok vaksin yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar saat ini masih mencukupi untuk beberapa hari ke depan, yaitu sebanyak 28.000 dosis.
Hanya saja, persoalannya adalah kebanyakan vaksin yang tersedia adalah merek AstraZeneca, Moderna, dan Sinopharm.
"Kalau Sinopharm sudah tidak bisa diutak itu hanya untuk kelompok disabilitas dan ODGJ. Seharusnya kita bisa terus jalan dengan AstraZeneca dan Moderna," ujarnya.
Menurut Endro, warga enggan disuntik vaksin AstraZeneca atau Moderna karena khawatir dengan efek samping yang akan ditimbulkan.
Padahal, kata dia, justru vaksin AstraZeneca dan Moderna sudah terbukti memiliki tingkat efikasi yang tinggi.
"Padahal kedua vaksin itu bagus sekali, karena kenyataan di Amerika dan Eropa, itu ada peningkatan kasus, tapi kematian rendah sekali, karena vaksin AstraZeneca dan Moderna ini," ujarnya.
Pesimistis capai target 70 persen
Endro mengatakan, penolakan warga menerima suntikan vaksin AstraZeneca atau Moderna telah menghambat efektivitas percepatan vaksinasi.