Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para Ibu Positif Covid-19 Tetap Menyusui Bayinya, "Baby Blues Syndrome" hingga Tertekan karena Suami Meninggal

Kompas.com - 22/08/2021, 10:01 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sebelum pandemi Covid-19, proses menyusui kerap menghadapi hambatan dan tantangan. Kondisi itu semakin berat di masa pandemi, terutama bagi para ibu menyusui yang terpapar Covid-19.

Mental Ayu Nur Fajrina (27) langsung drop ketika mengetahui hasil tes usapnya positif Covid-19. Pikirannya langsung tertuju pada anaknya yang masih berusia 2,5 bulan.

Dia gamang, bagaimana ia bisa tetap menyusui bayinya yang masih di periode ASI eksklusif — enam bulan pertama kehidupan bayi — selama masa isolasi mandiri (isoman).

Baca juga: Harus Keroyokan Dukung Ibu Sukses Menyusui di Tengah Pandemi

Melalui konsultasi jarak jauh, dokter spesialis paru dan dokter spesialis anak menyarankan agar Ayu tidak menyusui langsung karena risiko penularan yang besar kepada bayinya.

"Sebetulnya ada beberapa dokter yang membolehkan DBF [direct breastfeeding]. Jadi ragu, karena kita nggak tahu, virus [corona] varian baru belum tahu keganasannya seperti apa," kata Ayu kepada wartawan BBC News Indonesia, Sabtu (7/8/2021).

Terpapar virus corona kemudian memaksa Ayu berpisah rumah dengan anaknya. Si bayi, dititipkan kepada ibunya.

Ayu pun harus kehilangan momen menjalin ikatan batin (bonding) yang biasanya terjadi saat menyusui.

Baca juga: Pakar UI: ASI Turunkan Risiko Kanker bagi Ibu Menyusui

Ayu Nur Fajrina dan bayinya.Dok. Ayu Nur Fajrina Ayu Nur Fajrina dan bayinya.
Dia juga harus menanggung risiko lain, seperti berkurangnya produksi ASI dan bayi mengalami bingung puting — kondisi yang bisa terjadi karena bayi tak melakukan pelekatan saat menyusui.

Dari kediamannya, Ayu tetap berusaha menyediakan ASI perah di saat tubuhnya mengalami gejala Covid-19 seperti demam, batuk, anosmia, dan lemas.

Produksi ASI-nya pun seret lantaran efek obat antivirus yang diminumnya. Terpaksa, kebutuhan anaknya 'ditambal' dengan susu formula.

"Pas tiga hari [isoman] stok ASI perah habis. Saya hanya bisa menyediakan 500 mililiter per hari, sementara anak saya minum hampir satu liter sehari. Saya minum ASI booster, minum apa saja yang bisa merangsang [produksi] ASI," ungkap Ayu.

Baca juga: Perempuan Juga Terdampak Pandemi, di Yogyakarta Ada yang Kehilangan Pasangan hingga Ibu Hamil dan Menyusui, Butuh Bantuan

Ayu juga melakukan power pumping, yakni memompa ASI selama satu jam penuh dengan jeda sepuluh menit setiap 10-20 menit memompa.

"Setiap malam saya bangun jam 03.00 [pagi] untuk power pumping, subuh bangun untuk power pumping," cerita Ayu.

Sedikit demi sedikit, kata Ayu, perjuangannya membuahkan hasil. Dia berhasil memutus konsumsi susu formula dan kembali memberikan ASI secara penuh.

Setelah tes antigen negatif dan tak bergejala, Ayu baru memberanikan diri menyusui secara langsung.

Baca juga: Menteri PPPA Imbau Ibu Hamil dan Menyusui yang Penuhi Syarat Jangan Ragu Ikut Vaksin Covid-19

Itu pun dilakukannya dengan protokol kesehatan ketat, seperti memakai sarung tangan, dobel masker, menggunakan face shield, dan mandi sebelum menyusui.

"Pakai protokol kesehatan ketat dan cuma 15 menit. Jadi, sampai sekarang saya tidak tidur bersama anak. Hanya waktu menyusui, saya ke rumah ibu untuk menemui dia."

Ayu berharap hasil tes PCR-nya segera negatif supaya bisa kembali menyusui langsung anaknya. IIa merindukan momen bonding dengan buah hatinya itu.

Baca juga: Alasan Bayi Sebaiknya Mendapatkan ASI hingga 2 Tahun dan Tantangan Menyusui

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Bullying' Suporter Persib Bandung, 2 Warga Solo Ditangkap

"Bullying" Suporter Persib Bandung, 2 Warga Solo Ditangkap

Regional
50 Rumah Warga Terdampak Banjir Lahar Gunung Lewotobi NTT

50 Rumah Warga Terdampak Banjir Lahar Gunung Lewotobi NTT

Regional
Siap Gencarkan Sport Tourism, Specta Jateng Open Tennis Tournament 2024 Disambut Antusias

Siap Gencarkan Sport Tourism, Specta Jateng Open Tennis Tournament 2024 Disambut Antusias

Regional
Polisi Tangkap 14 Orang Geng Motor Pelaku Tawuran yang Tewaskan Pelajar SMA

Polisi Tangkap 14 Orang Geng Motor Pelaku Tawuran yang Tewaskan Pelajar SMA

Regional
Tawuran Geng Motor Tewaskan 1 Pelajar SMA, Dipicu Saling Tantang di Medsos

Tawuran Geng Motor Tewaskan 1 Pelajar SMA, Dipicu Saling Tantang di Medsos

Regional
Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Regional
Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Regional
Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sulsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sulsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Regional
Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Regional
Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Regional
Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

Regional
115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

Regional
Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Regional
Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com