BANDUNG, KOMPAS.com - Muhammad Feri (23) menceritakan perjuangannya selama dua bulan untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
"Saya sudah lama nyari. Datang ke beberapa tempat di Kota Bandung, keliling-keliling, tapi enggak pernah dapat," ujar Feri saat ditemui di Sentra Vaksinasi Alana di Antapani, Bandung, Jawa Barat, Senin (16/8/2021).
Setidaknya ia datang ke empat tempat berbeda selama dua bulan ini.
Baca juga: Kau Polisi Kan, Jangan Kurang Ajar, Kulaporkan Nanti ke Kapolda, Enggak Bisa Menghargai Sesama!
Pertama, ke Jalan Subang. Namun, ternyata vaksin hanya untuk orang-orang yang bekerja di perusahaan, sedangkan dirinya datang atas nama perorangan.
Kemudian ia mencari di sekitar Gasmin (Gasibu Mini). Di lokasi itu tidak dibuka vaksinasi untuk umum.
"Yang di Gasmin ini harus pakai KTP domisili. Jadi saya enggak bisa ikut," ujar pria lulusan STIE Ekuitas ini menjelaskan.
Lalu ia datang ke daerah di dekat SMAN 16 Bandung, tetapi kembali gagal. Saat itu ia gagal mendapatkan vaksin karena stok habis.
Terakhir, dia mendaftar di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga). Lagi-lagi ia gagal mendapatkan vaksin Covid-19 karena terlambat mendaftar.
Kemudian belum lama ini, dia mendapatkan informasi dari grup WhatsApp dan spanduk tentang sentra vaksinasi Alana.
Tanpa pikir panjang, pagi-pagi Feri langsung datang ke lokasi, tanpa mendaftar ke RT atau RW.
"Alhamdulillah akhirnya saya divaksin. Saya dapat vaksin AstraZeneca," tutur warga Antapani Wetan ini.
Ia mengaku sangat ingin mendapatkan vaksin Covid-19 karena akan membantunya di masa pandemi. Feri ingin Indonesia segera mendapatkan herd immunity.
Selain itu, ia juga memerlukan sertifikat vaksin untuk mengurus beberapa berkas administrasi.
"Saya lagi ngurus SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian). Kata temanku untuk mengurus SKCK harus mengantongi sertifikat vaksin," ucap dia.
Sebenarnya, Feri sudah dijadwalkan untuk divaksin dari RW tempatnya tinggal. Namun, karena terlalu lama yaitu di bulan Oktober, dia akhirnya sengaja berkeliling mencari lokasi lain.