Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gilad Atzmon, Syafii Maarif, dan Kebusukan Zionisme

Kompas.com - 08/02/2012, 04:11 WIB

Masih dalam suasana peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, tokoh Muhammadiyah negeri ini, Ahmad Syafii Maarif, meluncurkan buku tentang Palestina, Senin (6/2) malam di Jakarta. Buku itu bertajuk, ”Gilad Atzmon, Catatan Kritikal tentang Palestina dan Masa Depan Zionisme”.

Bukan kebetulan jika buku yang menyinggung persoalan Palestina itu diluncurkan dalam momen peringatan maulid. Ritual peringatan maulid dibuat pertama kali oleh Shalahuddin al Ayyubi dalam Perang Salib saat memperebutkan Jerusalem pada abad ke-12.

”Perjuangan merebut tanah Palestina adalah kepentingan politik di balik maulid,” kata Fajar Riza Ul Haq, Direktur Eksekutif Maarif Institute. ”Pesan sejarahnya masih aktual karena Palestina hingga kini belum juga mendapatkan haknya. Mereka belum merdeka. Tanah airnya masih dikuasai Israel,” katanya.

Selama ini ada pemahaman umum di Islam yang perlu dikaji lagi terkait perjuangan Palestina. Perjuangan itu diyakini lebih sebagai kepentingan ideologis, atau keagamaan, umat Islam. Kemunculan para aktivis atau pemikir Kristen dan Yahudi mendukung Palestina telah menjadi fenomena yang kian menguat sejak awal abad ke-21.

Buku terbaru Maarif memberikan pencerahan tentang hal itu. Bahwa membela, memperjuangkan, dan menyuarakan kemerdekaan Palestina bukan lagi soal ideologi atau urusan satu agama, tetapi perjuangan hak asasi manusia dan kemanusiaan, nilai-nilai yang dianut universal.

Salah satu tokoh kuat, bahkan fanatik, yang menyuarakan kemerdekaan Palestina adalah Gilad Atzmon, pemusik jazz dunia dan mantan personel Angkatan Udara Israel. Dia Yahudi sejati, keturunan zionis garis keras, cucu tokoh sayap kanan organisasi garis keras Israel yakni Irgun, tetapi kini anti-zionis dan pembela Palestina.

Maarif sependapat dengan Atzmon bahwa zionis Israel jahat dan brutal terhadap Palestina. Zionis harus hengkang dari negara yang sejak tahun 1948 dinamakan Israel. Jika zionis keluar akan terciptalah Palestina yang merdeka. Di dalamnya Yahudi dan Palestina dapat hidup damai dalam iklim demokrasi yang sehat dan modern.

Atzmon adalah sosok yang memikat kesadaran humanisme Maarif. Melalui bukunya, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini menegaskan, perjuangan membela Palestina adalah membela kemanusiaan; melampaui sekat rasial, agama, ideologi, dan politik.

Maarif senapas dengan Atzmon, pria kelahiran 9 Juni 1963, yang mengusulkan one state solution untuk meredam konflik itu. Pendudukan Israel atas Palestina adalah bentuk fasisme.

Wartawan senior Kompas, peminat masalah Timur Tengah, Trias Kuncahyono, yang memberikan testimoni pertama atas buku Maarif mengatakan, ide ”satu negara” melawan arus besar kebanyakan orang yang menginginkan solusi dua negara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com