Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ace, Berawal dari Pramuka Kini Jadi Koordinator Tagana Jateng

Kompas.com - 13/05/2024, 14:40 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BANYUMAS, KOMPAS.com - Heriana Ady Chandra. Nama tersebut tidak asing lagi di kalangan relawan bencana di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Sejak awal 2000-an, pria yang akrab disapa Ace ini aktif dalam kegiatan kebencanaan. Selain itu, ia juga aktif dalam berbagai kegiatan kemanusiaan.

Setelah sempat menjadi Koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Banyumas, kini Ace yang berusia 41 tahun mengemban amanat sebagai Koordinator Tagana Jateng.

Baca juga: Cerita Kang Zen, Pengusaha Rumah Makan Legendaris di Demak Pilih Jalan Hidup Jadi Relawan Tagana

Perjalanan panjang Ace berawal dari Pramuka. Setelah lama berkecimpung di kegiatan kepanduan, pada tahun 2005 ia diminta untuk menjadi instruktur anggota baru Tagana Banyumas.

Dalam perjalanannya, tepatnya di tahun 2008, ia akhirnya resmi bergabung sebagai anggota tingkat muda Tagana Banyumas.

Pada 2013 ia mendapat kenaikan tingkat menjadi anggota madya dan sejak 2019 berstatus anggota utama. Ace menjadi satu dari dua anggota Tagana tingkat utama di Jateng.

Berawal dari melihat evakuasi kecelakaan bus

Pria kelahiran 1983 ini menceritakan, ketertarikannya menjadi relawan bermula saat masih duduk di bangku SMA. Saat itu ia melihat sulitnya evakuasi korban kecelakaan bus yang terjun ke Sungai Serayu.

"Awalnya saya sempat dikabarkan menjadi korban dalam kecelakaan itu saat pulamg sekolah. Berhari-hari saya hanya bisa melihat proses evakuasi, tanpa bisa membantu. Dari situ saya mulai tertarik," kata Ace saat ditemui, Sabtu (11/5/2024)

Sejak saat itu, ia tergerak untuk menjadi relawan kebencanaan atau kemanusiaan.

Baca juga: Kisah Relawan Tagana di Banten, Minim Fasilitas, Sering Pakai Uang Pribadi untuk Tugas

Sejak di Pramuka hingga Tagana, ia telah bertugas di berbagai lokasi bencana. Sebut saja seperti tsunami Aceh, gempa Yogyakarta, erupsi Gunung Merapi, gempa Cianjur, kebakaran hutan Kalimantan, gempa Lombok dan lainnya.

Ace mendedikasikan hidupnya untuk kegiatan kemanusiaan. Bahkan saking banyaknya kegiatan, ia jarang pulang ke rumahnya di Rawalo, Kabupaten Banyumas.

Ia selama ini lebih sering tidur di Posko Tagana atau Sekretariat Pramuka.

"Pernah suatu malam saya dan tim diminta untuk mengamankan sarang tawon di rumah warga. Waktu perjalanan pulang, ada kecelakaan dan diminta untuk mengevakuasi korban ke rumah sakit, korbannya meninggal," tutur Ace.

Tak berhenti di situ, setelah ditangani di rumah sakit, ia diminta keluarga untuk sekalian mengantar korban ke rumah duka karena tak mampu membayar biaya mobil jenazah.

"Akhirnya kami baru bisa pulang larut malam. Padahal badan kami kotor semua, bau bensin juga karena habis mengamankan sarang tawon, pulangnya malah bawa jenazah," kata Ace terkekeh mengingat peristiwa tersebut.

Baca juga: Cerita Relawan Tagana Sahrul Mustofa, Mengabdi untuk Kemanusiaan Jadi Panggilan Jiwa

Ikhlas dalam bertugas

Ace mengaku, tidak mengharapkan imbalan saat membantu orang yang membutuhkan. Meskipun mendapat honor tak seberapa, ia ikhlas menjalankan tugasnya.

Ace mengatakan, anggota Tagana tidak menerima honor, tapi hanya tali asih dari Kementerian Sosial (Kemensos). Besarannya Rp 250.000 per bulan yang biasanya dirapel enam bulan sekali.

"Kalau dipikir-pikir tidak masuk akal (uang segitu untuk hidup). Jangankan untuk kesejahteraan, untuk kegiatan peningkatan kapasitas (anggota) juga kadang kesulitan," kata Ace dengan senyum kecut.

Bahkan tidak jarang, ia harus mengeluarkan uang dari kantong pribadinya untuk dana talangan sebuah kegiatan, misal untuk operasional kegiatan SAR dan lainnya.

Namun ia meyakini, Tuhan membuka banyak pintu rejeki melalui jalan yang tidak disangka-sangka. Ace menyisihkan honor sebagai narasumber atau instruktur pelatihan untuk kehidupan sehari-hari.

"Ada saja jalan, rejeki selalu ada tanpa disangka-sangka. Saya sering jadi narasumber (pelatihan kebencanaan), instruktur, kkadang malah uangnya dipakai untuk nomboki kegiatan dulu," ungkap Ace.

Ace juga meyakini prinsip tabur tuai. Siapa yang menabur kebaikan, maka akan memanen kebaikan pula.

"Rata-rata yang dibantu itu kan orang lagi kesusahan, maka semaksimal mungkin saya akan bantu orang itu, paling tidak bisa meringankan beban. Suatu saat pasti ada gantinya, kita akan memanen apa yang ditanam," ucap Ace.

Baca juga: Kisah Srikandi Tagana Lawan Stigma, Rela Tinggalkan Keluarga demi Tangani Bencana

Harus berhenti sementara waktu...

Namun di tengah pengabdiannya ini, Ace terpaksa harus berhenti sementara waktu. Sebulan lalu, tepatnya seusai lebaran, ia divonis dokter menderita  ginjal kronis.

Akibatnya, pria bertubuh gempal ini harus menjalani cuci darah dua minggu sekali di RST Wijayakusuma.

Sebelum divonis ginjal kronis, Ace masih melakukan aktivitas seperti biasa. Ia sempat bertugas saat banjir di Demak selama kurang lebih sepekan.

Sepulang dari Demak, ia melanjutkan tugas bergabung dengan tim di Posko Induk Mudik Lebaran.

"Saya lebaran masih sempat pulang, keliling silaturahmi. Kemudian kembali ke posko, tiba-tiba badan saya lemas, sadar-sadar sudah di rumah sakit," kata pria yang pernah mendapat juara harapan 2 Tagana teladan tingkat nasional ini.

Yang membuatnya kaget, saat itu dokter langsung menyuruh dia untuk melakukan cuci darah. Pasalnya, dari hasil tes laboratorium kandungan kreatinin dalam tubuhnya sangat tinggi.

Dia awalnya sempat ragu, bahkan menolak untuk melakukan cuci darah. Namun setelah diberi pemahaman, ia akhirnya bersedia menjalani cuci darah.

Setiap hari Rabu dan Sabtu, ia diantar ambulans desa ke rumah sakit.

"Dulu saya pernah ngopeni orang antara jemput cuci darah, sekarang saya yang harus menjalani cuci darah," ujar Ace.

Meski dalam kondisi demikian, Ace bertekat ke depan akan tetap melakukan kegiatan kemanusiaan. Saat ini ia sedang fokus menjalani pengobatan.

Baca juga: Daeng Magading, Jadi Relawan Tagana untuk Kepuasan Bukan Uang

"Sekarang saya harus disiplin mengikuti perintah dokter. Kondisi ini tidak mengurangi semangat saya untuk terus berkiprah," tegas Ace.

Namun Ace sadar setelah kondisinya membaik nanti, tidak bisa lagi melakukan aktivitas fisik yang berat.

"Saya hanya butuh adaptasi dengan kondisi saya ini. Ketika sudah bisa menyesuaikan, saya akan kembali beraktivitas, tapi yang ringan, misal memberikan materi pelatihan, kegiatan yang menguras fisik dikurangi,"

Ace mengaku, kondisinya ini diakibatkan pola hidup yang tidak sehat ditambah aktivitas berat. Untuk itu, ia meminta rekan-rekannya untuk selalu menjaga kesehatan.

"Semoga dengan kejadian saya ini menjadi contoh bagi teman-teman, tetap menjalankan pola hidup sehat," pesan Ace menutup obrolan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hinca Pandjaitan Laporkan Dugaan Korupsi di Pertamina Hulu Rokan ke Kejati Riau

Hinca Pandjaitan Laporkan Dugaan Korupsi di Pertamina Hulu Rokan ke Kejati Riau

Regional
Mengenal Suntiang, Hiasan Kepala Pengantin Wanita Minang

Mengenal Suntiang, Hiasan Kepala Pengantin Wanita Minang

Regional
Marshel Widianto Maju di Pilkada Tangsel agar Petahana Tak Lawan Kotak Kosong

Marshel Widianto Maju di Pilkada Tangsel agar Petahana Tak Lawan Kotak Kosong

Regional
Mengintip Tugas Pantarlih, Deni Grogi Lakukan Coklit Bupati Semarang Ngesti Nugraha

Mengintip Tugas Pantarlih, Deni Grogi Lakukan Coklit Bupati Semarang Ngesti Nugraha

Regional
Petugas Pantarlih di Banten Bisa Data via 'Video Call' jika Pemilih Sibuk

Petugas Pantarlih di Banten Bisa Data via "Video Call" jika Pemilih Sibuk

Regional
Panggung Teater sebagai Jalan Hidup

Panggung Teater sebagai Jalan Hidup

Regional
Di Hari Anti Narkotika Internasional, Pj Gubri Terima Penghargaan P4GN dari BNN RI

Di Hari Anti Narkotika Internasional, Pj Gubri Terima Penghargaan P4GN dari BNN RI

Regional
Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang

Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang

Regional
7 Jemaah Haji Asal Kebumen Meninggal di Mekkah, Kemenag Pastikan Pengurusan Asuransi

7 Jemaah Haji Asal Kebumen Meninggal di Mekkah, Kemenag Pastikan Pengurusan Asuransi

Regional
Mudahkan Akses Warga ke Puskesmas dan RS, Bupati HST Serahkan 3 Unit Ambulans Desa

Mudahkan Akses Warga ke Puskesmas dan RS, Bupati HST Serahkan 3 Unit Ambulans Desa

Regional
Polisi Sebut Remaja Penganiaya Ibu Kandung Alami Depresi

Polisi Sebut Remaja Penganiaya Ibu Kandung Alami Depresi

Regional
Jadi Kuli Bangunan di Blora, Pria Asal Kediri Ditemukan Tewas Tertimpa Tiang Pancang

Jadi Kuli Bangunan di Blora, Pria Asal Kediri Ditemukan Tewas Tertimpa Tiang Pancang

Regional
Orangtua yang Buang Bayi Perempuan di Depan Kapel Ende Ditangkap

Orangtua yang Buang Bayi Perempuan di Depan Kapel Ende Ditangkap

Regional
Program Pengentasan Stunting Pemkot Semarang Dapat Penghargaan dari PBB

Program Pengentasan Stunting Pemkot Semarang Dapat Penghargaan dari PBB

Regional
Alasan Pj Gubernur Nana Sebut Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres

Alasan Pj Gubernur Nana Sebut Pilkada Serentak 2024 Lebih Rawan Dibanding Pilpres

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com