Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bandara Supadio Hanya Layani Penerbangan Domestik, Warga Pontianak Merasa Dirugikan

Kompas.com - 27/04/2024, 18:56 WIB
Hendra Cipta,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

PONTIANAK, KOMPAS.com - Bandar Udara Supadio Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) resmi berubah status menjadi bandar udara domestik.

Sebelumnya bandar udara ini memiliki jalur penerbangan internasional.

Seorang traveller Pontianak, Shando Safela menyayangkan kebijakan tersebut. Menurut dia, perubahan status bandara akan membuat Kalbar sepi dari wisatawan luar negeri.

“Sangat disayangkan. Mungkin pemerintah kita khawatir, kalau saja banyak warga kita yang bepergian ke luar negeri, namun di sisi lain, kita juga menutup gerbang kita untuk para wisatawan,” kata Shando saat dihubungi, Sabtu (27/4/2024).

Baca juga: Alasan Bandara Supadio Pontianak Turun Status ke Penerbangan Domestik

Shando menerangkan, saat ini Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kalbar tengah gencar mempromosikan destinasi wisata terbaik Kalbar, tapi upaya itu dipersulit dengan perubahan status bandara.

“Dipersulit di sini, dalam arti untuk datang ke sini butuh sedikit effort. Misalnya dulu wisatawan dari Kuala Lumpur bisa langsung datang ke Pontianak dengan sekali flight, kali ini harus transit lagi ke Jakarta, justru makin sulit,” jelas Shando.

Selain itu, lanjut Shando, pemerintahan Presiden Joko Widodo sedang gencar membangun Ibu Kota Nusantara (IKN).

Dengan demikian, harusnya Bandara Supadio Pontianak dapat menjadi bandara penunjang.

“Pemindahan ibu kota tentu saja membawa multiplier effect, dan harus didukung infrastruktur yang memadai. Salah satunya bandara internasional di beberapa titik di Kalimantan, Supadio salah satunya,” ungkap Shando.

Baca juga: Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Sementara itu, Andriadi Perdana Putra warga Pontianak lainnya, berharap pemerintah untuk memperbaiki konektivitas penerbangan domestik.

“Mestinya ini juga jadi momentum untuk memperkuat konektivitas antar wilayah domestik. Penerbangan direct antarwilayah diperbanyak, jangan banyak transit. Masa satu pulau mesti keliling dulu,” ucap Andriadi.

 

Menurut Andriadi, penerbangan domestik sekarang ini justru lebih banyak transit, sehingga membuat harga tiket semakin mahal.

“Bayangkan saja, jika mau terbang ke Banjarmasin misal, dari Pontianak harus transit ke Jakarta. Itu kan memakan biaya dan waktu,” sebut Andriadi.

Warga lain, Imanuel Jefri juga mengatakan, seharusnya Bandara Supadio Pontianak membuka diri untuk penerbangan internasional.

Jefri menjelaskan, alasan karena banyak penduduk yang banyak ke luar negeri ketimbang dalam negeri, rasanya tidak tepat.

“Justru kalau tidak ada penerbangan langsung dari luar negeri, akan mempersulit masuknya wisatawan dari luar negeri,” kata Jefri.

“Mestinya pemerintah melakukan kajian kenapa orang kita lebih memilih melakukan perjalanan keluar negeri, utamanya negara-negara Asia atau Asia Tenggara,” timpal Jefri.

Baca juga: Resmi Dipangkas, Ini Daftar Terbaru Bandara Internasional di Indonesia

Jefri menerangkan, ada beberapa alasan kenapa banyak warga Indonesia melakukan perjalanan ke negera Asia atau Asia Tenggara.

Pertama, harga tiket pesawat luar negeri jauh lebih murah dibanding domestik. Bahkan maskapai seperti Air Asia berani banting harga hingga kalau dipikir hampir tidak masuk akal.

“Sebagai contoh, tahun lalu, saya pernah mendapat tiket promo dari Kuching-Kinabalu seharga Rp 600.000 untuk empat orang pulang-pergi,” ungkap Jefri.

Jefri menambahkan, memang tiket promo ini didapat dari jauh hari, tetapi apakah maskapai domestik berani melakukan gebrakan demikian?

Kedua, akses transportasi umum di negeri tetangga semisal Kuala Lumpur, Bangkok, Singapura, banyak pilihan dan lebih terjangkau.

“Tempat-tempat wisata juga mudah dijangkau,” ujar Jefri.

Ketiga, selain tempat wisata berbayar, juga banyak pilihan wisata gratis yang bisa dikunjungi oleh siapa saja.

“Menurut saya, pencabutan status bandara internasional bukan lah sebuah solusi yang tepat, tetapi sebaliknya akan mempersulit negara kita. Boleh dikatakan secara tidak langsung Indonesia mengisolasi dari dari dunia luar,” tegas Jefri.

Baca juga: Lonjakan Penumpang di Bandara Supadio Pontianak, Capai 5.000 Orang per Hari

Sementara itu, Penjabat Gubernur Kalbar Harisson mengatakan, perubahan status ini, salah satunya untuk membatasi mobilitas warga ke luar negeri.

“Banyaknya bandara internasional justru mempermudah masyarakat kita ke luar negeri, lalu jalan-jalan dan belanja, menghabiskan devisa negara kita,” kata Harisson dalam keterangan tertulis, Jumat (26/4/2024).

Harisson menyebut, berdasarkan data, ternyata lebih banyak Warga Negara Indonesia (WNI) yang berkunjung ke luar negeri, dibanding Warga Negara Asing (WNA) yang berkunjung ke Indonesia.

“Kemudian banyaknya warga Indonesia yang berkunjung ke luar negeri adalah untuk berobat,” ucap Harisson.

Harisson menjelaskan, banyak masyarakat yang sudah terlanjur percaya terhadap pelayanan kesehatan oleh rumah sakit luar negeri.

“Jadi kalau mereka tidak berobat ke sana maka mereka merasa tidak akan sembuh, maka ini harus menjadi salah satu faktor pertimbangan,” ucap Harisson.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Warga Aceh Timur Takut Beraktivitas Usai Harimau Mangsa Sapi di Kebun

Warga Aceh Timur Takut Beraktivitas Usai Harimau Mangsa Sapi di Kebun

Regional
20 Persen Siswa SD di Padang Merokok

20 Persen Siswa SD di Padang Merokok

Regional
Satu Pelaku Penyerangan Satpam SMPN 1 Kasihan Bantul Anak Putus Sekolah, Ini Perannya

Satu Pelaku Penyerangan Satpam SMPN 1 Kasihan Bantul Anak Putus Sekolah, Ini Perannya

Regional
Entaskan Geng Motor dan Kenakalan Remaja, Walkot Pematangsiantar: Deteksi Awal Terlihat di Sekolah

Entaskan Geng Motor dan Kenakalan Remaja, Walkot Pematangsiantar: Deteksi Awal Terlihat di Sekolah

Kilas Daerah
Oknum Polisi Pemerkosa Siswi SD di Ambon Terancam 20 Tahun Penjara

Oknum Polisi Pemerkosa Siswi SD di Ambon Terancam 20 Tahun Penjara

Regional
Satgas Pamtas Gagalkan Penyelundupan Sabu 25,4 Kg dari Malaysia, 5 Orang Ditangkap

Satgas Pamtas Gagalkan Penyelundupan Sabu 25,4 Kg dari Malaysia, 5 Orang Ditangkap

Regional
Aliran Air Mati sejak Kamis, Warga Batam Beli Air Isi Ulang untuk Salat Jumat

Aliran Air Mati sejak Kamis, Warga Batam Beli Air Isi Ulang untuk Salat Jumat

Regional
11 Orang Mendaftar di Demokrat untuk Pilkada Demak 2024, 8 di Antaranya Pendatang Baru

11 Orang Mendaftar di Demokrat untuk Pilkada Demak 2024, 8 di Antaranya Pendatang Baru

Regional
Kronologi Pria di Kapuas Hulu Tewas Dicekik Teman, Ribut Perkara Bayar Minuman Keras

Kronologi Pria di Kapuas Hulu Tewas Dicekik Teman, Ribut Perkara Bayar Minuman Keras

Regional
Gerindra Beri Lampu Hijau ke Ade Bhakti untuk Maju Pilkada Dibandingkan Wali Kota Semarang

Gerindra Beri Lampu Hijau ke Ade Bhakti untuk Maju Pilkada Dibandingkan Wali Kota Semarang

Regional
Video Warga Berebut Gunungan BH Saat Karnaval HUT Ke-278 Kabupaten Sragen Viral di Medsos, Bapak-bapak Tak Mau Ketinggalan

Video Warga Berebut Gunungan BH Saat Karnaval HUT Ke-278 Kabupaten Sragen Viral di Medsos, Bapak-bapak Tak Mau Ketinggalan

Regional
Mengintip Potensi SPAL-DT yang Diresmikan Jokowi di Pekanbaru

Mengintip Potensi SPAL-DT yang Diresmikan Jokowi di Pekanbaru

Regional
Viral di Medsos, Mahasiswa UIN Palembang Diduga Plagiat Skripsi, Dekanat Sebut Belum Ada Laporan

Viral di Medsos, Mahasiswa UIN Palembang Diduga Plagiat Skripsi, Dekanat Sebut Belum Ada Laporan

Regional
Kejati Papua Barat Endus Dugaan Kejahatan Perbankan yang Melibatkan Oknum TNI

Kejati Papua Barat Endus Dugaan Kejahatan Perbankan yang Melibatkan Oknum TNI

Regional
Kisah Slamet Buka Jasa Pembersihan Kelelawar, Pelanggannya hingga di Kota Besar

Kisah Slamet Buka Jasa Pembersihan Kelelawar, Pelanggannya hingga di Kota Besar

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com