Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Rukijan, Tujuh Tahun Menanti Kabar Anaknya di Depan Pintu Pagar Rumah Mertua...

Kompas.com - 27/04/2024, 14:19 WIB
Sukoco,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

NGAWI, KOMPAS.com – Di media sosial beredar video seorang pria yang telihat mengetuk pagar besi setinggi 2 meter sambil memanggil nama Nando berulang kali.

Meski berulang kali memanggil nama tersebut, namun tidak ada tanggapan dari dalam rumah yang terlihat kosong tersebut. 

Rukijan Alex Sunandar (49) warga Desa Sumber Bening, Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, mengaku, itu merupakan video dirinya yang dibuat pada Rabu (10/4/2024) saat Lebaran kemarin.

“Itu saya, kalau (inisial) N itu nama anak pertama saya. Sudah sejak tahun 2017 saya tidak bisa bertemu dengan dia dan adiknya. Kedua anak saya dibawa pulang oleh ibunya ke rumah mertua saya di Desa Paras, Kecamatan Pangkur, sejak saat itu saya tidak pernah bisa ketemu,” ujar Rukijan, saat ditemui di toko alat elektronik dan servis televisi miliknya, di Desa Sambiroto Kecamatan Padas, Ngawi, pada Jumat (26/4/2024).

Baca juga: Bus Eka Tabrak Truk di Tol Solo-Ngawi, 1 Orang Tewas, Ini Dugaan Penyebabnya

Rukijan mengaku, awal kesedihannya berawal saat istrinya nekat kabur dari Kota Medan tempatnya memulai kehidupan berumah tangga dengan istrinya berinisial NSS pada tahun 2007 lalu.

Dia mengaku, kawin lari dengan istrinya karena kedua orangtua istrinya tidak merestui hubungan mereka.

“Saat itu istri saya baru lulus S2, sementara saya hanya kerja reparasi peralatan elektronik. Kami pacaran 3 bulan, kenalanya lewat komunitas HT. Orangtua istri saya tidak merestui. Karena tak direstui pacar saya ini ngajak kabur. Sampai 3 kali ajakan kabur itu disampaikan. Akhirnya, kita kabur ke Medan karena di sana saya punya teman waktu kerja di Jakarta," imbuh dia.

Di Medan, Rukijan membuka toko servis elektronik seperti televisi dan lain sebagainya.

Usahanya terbilang sukses karena dia mulai bisa menabung dan membeli sebidang tanah di desanya, membeli peralatan sound system dan terop untuk disewakan kepada orang yang mempunyai hajat dan tabungan yang lumayan banyak.

Pada tahun, 2010 anak pertamanya berinisial FDYZN lahir.

Namun, hubungan antara istri dengan orangtuanya terus memburuk.

“Istri saya tidak mau menerima telepon dari ibunya. Hingga anak kedua saya lahir (inisial) ASR tahun 2015 hubungan mereka belum membaik,” kata dia.

Pada tahun 2017, Rukijan mengaku berhasil membujuk istrinya untuk menerima panggilan telepon dari mertua perempauannya.

Sejak saat itu, hubungan istrinya dengan ibunya mulai membaik. Bahkan, orangtua istrinya tersebut kemudian meminta istrinya pulang ke Ngawi karena akan dijanjikan pembagian harta warisan dari penjualan aset tanah milik mereka sebesar Rp 5 miliar.

“Istri saya dijanjikan uang Rp 5 miliar, mau dibeikan mobil. Tapi, untuk mengurus surat penjualan tanah mereka minta dikirimi uang Rp 25 juta. Tidak lama setelah dikirim, orangtuanya minta lagi kiriman Rp 10 juta untuk perawatan gigi orangtua laki-lakinya,” ucap Rukijan.

Meski senang dengan perkembangan hubungan istri dan orangtuanya, Rukijan mengaku curiga dengan perubahan yang cukup mendadak tersebut mengingat latar belakang permasalahan mereka sebelum menikah.

Rukijan akhirnya merencanakan pulang bersama keluarga ke Ngawi awal tahun 2018.

Sayangnya, tanpa sepengetahuan Rukijan, istrinya memilih kabur pulang ke Ngawi pada pertengahan tahun 2017 dengan membawa anak dan seluruh tabungan milik mereka berdua.

“Pagi saya bangun semua sudah tidak ada, termasuk tabungan sekitar Rp 500 juta,” kata dia.

Dua bulan setelah istrinya kabur dari medan, Rukijan akhirnya bisa menyusul pulang ke Kabupaten Ngawi untuk melihat kedua anaknya.

Baca juga: Pengendara Motor Tewas Tabrak Pohon Tumbang Saat Hujan Deras Mengguyur Kabupaten Ngawi

 

Saat mengunjungi rumah istrinya di Desa Paras, kekhawatiran Rukijan terbukti. Dia diteriaki maling saat sampai di gerbang rumah mertuanya.

“Saya datang di rumah mertua itu langsung diteriaki maling sambil pukul-pukul pagar. Besoknya saya datang lagi, saya duduk di depan pagar, tiba-tiba banyak polisi datang karena mertua lapor. Saya akhirnya diizinkan masuk diantar pak polisi. Baru sampai di pekarangan rumah, saya dilarang ketemu anak istri, katanya istri saya tiba-tiba kesurupan,” ujar dia.

Rukijan akhirnya diminta menunggu di Polsek Pangkur untuk pertemuan keluarga.

Sayangnya, di Polsek dia juga tidak bisa bertemu dengan kedua anak dan istrinya karena yang datang adalah mertua laki-laki bersama pengacara dan adik laki-laki istrinya.

Di Polsek tersebut dia justru diminta menceraikan istrinya.

“Permintaan saya ketemu dengan istri dan anak tidak dikabulkan, alasannya istri saya masih kesurupan. Saya justru khawatir dengan kondisi istri saya kok sampai kesurupan. Apakah dia tertekan di sana,” ucap dia.

Setelah petemuan dari Polsek, Rukijan kembali mendatangi rumah mertuanya.

Dia mengaku duduk di depan pagar menunggu anak dan istrinya keluar. Bukan disambut, Rukijan justru disiram dengan air kotor yang baunya pesing.

“Saat itulah adik ipar saya keluar sambal membawa ember dan menyiram saya. Saya pikir air, tapi baunya busuk dan pesing, saya kira itu air kencing,” kata dia.

Rukijan mengaku sempat melaporkan ke polsek didampingi perangkat desa terkait keluhannya tidak bisa bertemu dengan anak dan istrinya.

Namun, kata dia, laporan tersebut tidak ditanggapi oleh pihak Polsek Pangkur. Rukijan kemudian melapor ke Polres Ngawi.  

Di Polres Ngawi dia justru disarankan untuk menceraikan istrinya oleh salah satu personel polisi.

“Katanya kalau bercerai anak akan ikut saya. Justru kekhawatiran saya kalau saya gugat cerai  hak asuh anak nanti malah jatuh kepada ibunya,” ujarnya.

Sejak peristiwa tahun 2017 tersebut, Rukijan mengaku belum pernah melihat istri dan kedua anaknya meski setiap pulang ke Ngawi dia selalu mendatangi rumah mertuanya dan berdiri di depan pagar dengan harapan bisa melihat anak dan istrinya.

Pada tahun 2021, saat dia kembali mendatangi rumah mertuanya tersebut, dia ditemui oleh tetangga bahwa istrinya sempat mau kabur dari rumah. Namun, mertuanya kembali membawa masuk ke dalam rumah.

Baca juga: Bus PO Sumber Selamat Tabrak Pemudik Motor di Jalur Ngawi-Mantingan, Kakak Adik Tewas

 

“Warga sekitar akhirnya menganggap istri saya itu depresi karena berusaha kabur. Warga sekitar akhirnya menemukan tulisan di kertas yang dilempar dari dalam rumah. Warga tahu kalau saya suaminya, akhirnya kertas berisi tulisan keluh kesah istri saya itu diserahkan kepada saya,” ujar dia.

Dari beberapa tulisan istrinya yang sampai di tangan Rukijan, dia menceritakan jika selama ini dia telah ditipu oleh orangtuanya agar pulang ke Ngawi untuk mendapat bagian warisan Rp 5 miliar.

Ternyata mobil dan uang Rp 5 miliar yang dijanjikan adalah tipuan agar istrinya pulang.

Istrinya juga menceritakan penderitaan kedua anaknya yang makan ala kadarnya, tidak boleh keluar rumah dan sering dibully sebagai anak haram dan anaknya orang miskin oleh keluarga mertuanya.

“Saya lapor lagi ke polisi dengan membawa tulisan istri saya, tapi dikatakan kalau istri saya sudah stres, mereka tidak menanggapi laporan saya. Saya khawatir dengan kondisi anak saya,” ucapnya.

 

Keluarga tertutup

Rumah mertua Rukijan di Desa Paras yang selalu terkunci. Keluraga tersebut sangat tertutup dan jarnag berinteraksi dengan warga lainnya.KOMPAS.COM/SUKOCO Rumah mertua Rukijan di Desa Paras yang selalu terkunci. Keluraga tersebut sangat tertutup dan jarnag berinteraksi dengan warga lainnya.

Rumah mertua Rukijan yang berada di Desa Paras terlihat tak terurus saat Kompas.com menyambangi lokasi.

Pintu pagar besi terlihat digembok, sementara semak dan rumput di depan rumah dibiarkan tumbuh lebat sehingga menyamarkan keberadaan rumah tersebut dari jalan.

Sejumlah tetangga mengaku tidak tahu keberadaan penghuni rumah karena mereka jarnag melihat keberadaan mereka.

“Sudah lama tidak terlihat aktivitas di situ, tapi sepertinya masih ada orangnya,” ujar salah satu warga yang lewat.

Kepala Desa Paras, Suprapto, mengaku jika S, pemilik rumah sangat tertutup dan jarang sekali bersosialisasi dengan warga sekitar.

S sendiri selain pensiunan pegawai kecamatan, juga memiliki usaha kolam renang di rumahnya sebelum tutup karena Covid-19 tahun 2019 lalu.

“Keluarga mereka tertutup sekali. Dia tidak pernah pergi ke kondangan selamatan maupun kondangan hajatan pengantin warga. Kita juga tidak pernah tahu apa yang terjadi di rumah tersebut karena rumahnya selalu terkunci,” kata dia.

Saking tertutupnya, Suparapto mengaku pernah satu kali adik dari S mengadu ke kantor kelurahan karena tidak bisa bertemu dengan penghuni rumah.

Rumahnya terkunci dan tidak pernah membalas salam dari luar.

Warga sekitar mengaku enggan berurusan dengan keluarga S karena takut dilaporkan ke polisi.

Baca juga: Pemudik yang Tewas di Tol Solo-Ngawi Berencana Gelar Acara 1.000-an Hari Meninggalnya Ibunda

 

“Dia punya adik polisi, kalau kita mau ke situ dilaporkan kalau rumahnya digedor-gedor terus dia lapor kalau perangkat desa memaksa masuk. Makanya saya hanya bisa bilang kepada adiknya itu, kalau adiknya saja tidak bisa masuk, apalagi kami selaku orang luar,” imbuh dia.

Suprapto juga mengaku tidak mengetahui pasti keberadan istri Rukijan dan kedua anaknya, karena tidak pernah melihat mereka.

“Lapor ke desa waktu kedatangan saja tahun 2017, setelah itu tidak pernah ada permintaan pindah domisili. Perangkat desa kesulitan kalau mau mendata ke rumah tersebut,” ucap dia.

 

Mencoba lapor Kak Seto hingga Hotman Paris

Rukijan mengaku tak patah arang berjuang demi bertemu dengan kedua anaknya meski upaya melaporkan kasus tersebut ke polisi tak membuahkan hasil.

Dia mengaku sempat mendatangi Lembaga Perlindungan Anak Indonesia LPAI yang dipimpin Kak Seto.

Sempat diterima Kak Seto, namun kasus yang diadukan kemudian dilimpahkan kepada Satagas Perlindungan Perempuan dan Anak PPAI Polres Ngawi.

"Dari kantornya Kak Seto sempat menghubungi bilang jika kasusnya sudah dilimpahkan ke  Polres, tapi sampai sekarang tidak ada perkembangan,” kata dia.

Rukijan juga mengkau pernah mendatangi kedai Kopi Johny di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, berharap bisa bertemu dengan pengacara Hotman Paris untuk mengadukan nasibnya.

Sayangnya, karena tidak tahu jadwal pengacara Hotman nongkrong di kedai tersebut, dia gagal bertemu.

“Kita tidak tahu jadwalnya kapan. Yang penting saya berangkat mau mengadukan nasib anak saya, ternyata nongkrongnya hari tertentu dan jamnya juga terbatas,” ujar dia.

Meski saat ini Rukijan mengaku tidak tahu harus mengadu ke mana lagi, dia memilih kembali menetap di Ngawi agar upaya bertemu dengan anaknya bisa lebih sering dilakukan.

Dengan berada di Ngawi, dia mengaku setidaknya merasa lebih dekat dengan kedua anak dan istrinya meski tidak tahu keberadaanya di mana.

Baca juga: 2 Kecelakaan Terjadi Tol di Ngawi dan Tewaskan 2 Orang, Hanya Berselang 1 Jam

 

“Saya tidak tahu kondisi kedua anak dan istri saya, apakah masih ada di rumah itu atau tidak. Tapi, dengan berada di Ngawi saya lebih maksimal untuk berusaha bertemu dengan istri dan anak saya. Saya juga tidak tahu harus minta tolong ke siapa lagi. Saya hanya akan terus berusaha mencari tahu keberadaan anak saya,” pungkas dia.

Upaya konformasi ke Polres Ngawi yang dilakukan Kompas.com saat ini masih menunggu PPAI untuk melihat kembali penanganan kasus yang dilimpahkan oleh Lembaga Perlindungan Anak Indonesia LPAI yang dipimpin Kak Seto. 

Sementara, Kanit PPA Satreskrim Polres Ngawi Ipda Hambar Agus dihubungi terpisah mengatakan, kasus tersebut sempat ditangani oleh PPA Polres Ngawi bersama dengan PPA Kabupaten Ngawi pada tahun 2018.

Saat tim berkunjung ke rumah S, tim memang dilarang masuk ke dalam rumah dan menutup pintu bagi petugas.

"Benar kami pernah menangani kasus tersebut. Kami sudah pernah ke sana juga tidak di bukakan pintu. Keluarga itu marah terhadap Rukijan karena awalnya dia membawa lari anaknya, terus menikah di luar Jawa sampai punya anak. Mereka mengakui jika anaknya (istri Rukijan) lari bersama kedua anaknya pulang kembali ke rumah mereka," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polemik Pelantikan 22 Pejabat di Blora yang Dibatalkan

Polemik Pelantikan 22 Pejabat di Blora yang Dibatalkan

Regional
Partai Nasdem Rekomendasikan Pasangan Acil Odah-Rozanie di Pilkada Kalsel

Partai Nasdem Rekomendasikan Pasangan Acil Odah-Rozanie di Pilkada Kalsel

Regional
Gunung Marapi Kembali Meletus, Dentuman dan Getarannya Buat Warga Terkejut

Gunung Marapi Kembali Meletus, Dentuman dan Getarannya Buat Warga Terkejut

Regional
Sepasang Kekasih di Cimahi Produksi dan Edarkan Uang Palsu, Pernah Buat Pesanan Rp 400 Juta

Sepasang Kekasih di Cimahi Produksi dan Edarkan Uang Palsu, Pernah Buat Pesanan Rp 400 Juta

Regional
Pemkot Tangerang dan UMN Jalin Kerja Sama Terkait City Branding

Pemkot Tangerang dan UMN Jalin Kerja Sama Terkait City Branding

Regional
DPP PAN Resmi Usung Fadia Arafiq-Sukirman di Pilkada Pekalongan

DPP PAN Resmi Usung Fadia Arafiq-Sukirman di Pilkada Pekalongan

Regional
Diduga Korupsi Pembangunan Sekolah Rp 719 juta, Kabid SMA Disdik Sumsel Ditahan

Diduga Korupsi Pembangunan Sekolah Rp 719 juta, Kabid SMA Disdik Sumsel Ditahan

Regional
Mantan Kepala Bulog Waingapu NTT Ditahan, Diduga Korupsi Cadangan Beras Pemerintah

Mantan Kepala Bulog Waingapu NTT Ditahan, Diduga Korupsi Cadangan Beras Pemerintah

Regional
Pria di Alor NTT Serahkan Diri setelah Buron usai Jual HP Curian di Medsos

Pria di Alor NTT Serahkan Diri setelah Buron usai Jual HP Curian di Medsos

Regional
Kembalikan Formulir Bacagub Jateng ke PDI-P, Hendi: Semoga Partai Memberikan Rekomendasi

Kembalikan Formulir Bacagub Jateng ke PDI-P, Hendi: Semoga Partai Memberikan Rekomendasi

Regional
Napi Narkoba Nikah di Lapas Kedungpane Semarang, Beri Mahar Rp 200.000

Napi Narkoba Nikah di Lapas Kedungpane Semarang, Beri Mahar Rp 200.000

Regional
Pemulung di Magelang Temukan Mayat Bayi Terbungkus Kresek di Tong Sampah

Pemulung di Magelang Temukan Mayat Bayi Terbungkus Kresek di Tong Sampah

Regional
Berenang di Kolam Ikan, Balita 2 Tahun Tewas Tenggelam

Berenang di Kolam Ikan, Balita 2 Tahun Tewas Tenggelam

Regional
Tanggalkan Ketua DPRD Purworejo, Dion Agasi Daftar Penjaringan Calon Bupati Lewat PDI-P

Tanggalkan Ketua DPRD Purworejo, Dion Agasi Daftar Penjaringan Calon Bupati Lewat PDI-P

Regional
Penyelundupan 7 Kg Sabu Asal Malaysia Digagalkan di Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, 2 Orang Ditangkap

Penyelundupan 7 Kg Sabu Asal Malaysia Digagalkan di Pelabuhan Tunon Taka Nunukan, 2 Orang Ditangkap

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com