Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik SDN Sarirejo, Jejak Perjuangan Kartini di Semarang yang Berdiri sejak Ratusan Tahun Silam

Kompas.com - 24/04/2024, 09:05 WIB
Sabrina Mutiara Fitri,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Siapa yang tak kenal Raden Ajeng (RA) Kartini, pahlawan Nasional perempuan asal Jepara yang berhasil memperjuangkan emansipasi wanita di Indonesia.

Perjuangan Kartini dalam bidang pendidikan rupanya juga meninggalkan sejarah emas di Kota Semarang. Yaitu ditandai dengan adanya bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sarirejo yang terletak di Jalan RA. Kartini Nomor 151, Sarirejo, Kota Semarang.

Bangunan sekolah itu ternyata sudah berdiri sejak 110 tahun lalu. Meski demikian, gedung tua itu masih kokoh berdiri dengan papan kayu dan tembok yang khas ala kolonial Belanda.

Baca juga: 10 Bangunan Tua di Kota Lama Semarang Tak Diketahui Siapa Pemiliknya

Dulunya, SDN Sarirejo itu bernama Kartinischool de Semarang yang didirikan pada 1913 di sebuah rumah sewa daerah Jomblang.

Lantas, pada akhir 1914, bangunan Sekolah Kartini itu didirikan, dan baru diresmikan pada 11 Januari 1915.

Salah satu guru SDN Sarirejo, Suwarni, mengatakan, Sekolah Kartini merupakan sekolah yang didirikan Yayasan Dana Kartini dan dikelola oleh Perkumpulan Kartini di Hindia Belanda.

Awalnya, sekolah tersebut dibangun khusus untuk anak-anak perempuan dengan menanamkan nilai-nilai ajaran Kartini.

"Untuk kurikulumnya, kemarin kita sudah menghidupkan kembali. Tidak persis seperti dulu, tapi masih mengembangkan nilai yang pernah diterapkan di sini. Anak-anak diajarkan lagi untuk keterampilan menjahit, menyulam, memasak, tentunya bidang kewanitaan," ucap Suwarni kepada Kompas.com, Selasa (23/4/2024).

Baca juga: Kisah Komarudin alias Yang Chil Seong, Pahlawan Garut Asal Korea yang Maju Lawan Penjajah


Penerapan nilai-nilai Kartini

Guru yang mengajar di SDN Sarirejo sejak 1992 itu mengatakan, penerapan nilai-nilai Kartini itu dilakukan tiap hari Jumat.

Selain keterampilan, siswa juga diajarkan tentang sejarah Kartini dan perjuangannya dalam membela emansipasi wanita maupun pendidikan di Indonesia

"Di hari Jumat itu ada Happy Day. Istilahnya ada pembiasaan. Kita ngasih materi sejarah riwayat Kartini, lalu visi, misi, tentang sekolah ini juga. Lalu ditambah keterampilan seperti menjahit, menyulam tadi," ungkap dia.

Meski telah berganti nama menjadi SD Negeri Sarirejo, Suwarni menyebutkan, sejumlah penanda di sekolah tersebut masih bertuliskan SD N Kartini. Seperti papan nama yang terletak di bagian depan gedung sekolah.

Baca juga: Hari Perempuan Internasional, Mengenal Ruhana Kuddus Jurnalis Wanita Pertama di Indonesia, Dirikan Soenting Melajoe di Sumbar

Uniknya, hingga saat ini masih ada dua barang peninggalan yang ada di SDN Sarirejo. Yaitu mesin jahit dan gamelan Jawa.

"Dulu di sini mesin jahit banyak, tapi banyak yang sudah tidak layak. Tapi masih ada yang asli, satu mesin jahit dan ada gamelan," ucap Suwarni.

Selain mesin jahit dan gamelan, masih ada peninggalan gedung yang ditetapkan menjadi cagar budaya. Sehingga, pihak sekolah berkewajiban untuk menjaga keasliannya.

"Ruangan di sepanjang lorong itu asli. Sudah ada prasasati cagar budaya, jadi tidak boleh diubah. Pemeliharaannya sangat ketat, dan tidak boleh mengubah esensi dari keseluruhan," katanya lagi.

Lebih lanjut, Suwarni mengatakan, tiap 21 April seluruh guru dan siswa juga selalu merayakan peringatan Hari Kartini dengan doa bersama dan pertunjukan lain untuk menghormati jasa Kartini.

"Sekarang sekolah dituntut untuk punya karakteristik dan kreativitas. Jadi apa yang ditetapkan di sini harapannya bisa menjual nilai ke masyarakat," pungkas dia.

Baca juga: Berkenalan dengan Maya Dewi, Sosok Kartini Masa Kini dari Kota Semarang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gempa M 6,1 Guncang Bula

Gempa M 6,1 Guncang Bula

Regional
Suami di Karimun Bunuh Istri Pakai Batang Sikat Gigi

Suami di Karimun Bunuh Istri Pakai Batang Sikat Gigi

Regional
Maju Pilkada Maluku, Eks Pangdam Pattimura Daftar Cagub ke 5 Parpol

Maju Pilkada Maluku, Eks Pangdam Pattimura Daftar Cagub ke 5 Parpol

Regional
Ratusan Ribu Suara Pemilu 2024 di Bangka Belitung Tidak Sah, NasDem Gugat ke MK

Ratusan Ribu Suara Pemilu 2024 di Bangka Belitung Tidak Sah, NasDem Gugat ke MK

Regional
Maksimalkan Potensi, Pj Walkot Tangerang Minta Fasilitas Kawasan Kuliner Parlan Dilengkapi

Maksimalkan Potensi, Pj Walkot Tangerang Minta Fasilitas Kawasan Kuliner Parlan Dilengkapi

Kilas Daerah
Tim SAR Gabungan Kembali Temukan Jasad Korban Banjir Bandang Luwu

Tim SAR Gabungan Kembali Temukan Jasad Korban Banjir Bandang Luwu

Regional
Seorang Petani di Sikka NTT Dikeroyok hingga Babak Belur, 3 Pelaku Ditangkap

Seorang Petani di Sikka NTT Dikeroyok hingga Babak Belur, 3 Pelaku Ditangkap

Regional
KKB Ancam dan Rampas Barang Jemaat Gereja di Pegunungan Bintang

KKB Ancam dan Rampas Barang Jemaat Gereja di Pegunungan Bintang

Regional
Geng Motor Tawuran Tewaskan Pelajar SMA di Lampung, 2 Orang Jadi Tersangka

Geng Motor Tawuran Tewaskan Pelajar SMA di Lampung, 2 Orang Jadi Tersangka

Regional
Ayah Perkosa Putri Kandung di Mataram Saat Istri Kerja sebagai TKW

Ayah Perkosa Putri Kandung di Mataram Saat Istri Kerja sebagai TKW

Regional
Tanah Orangtua Dijual Tanpa Sepengetahuannya, Adik Bacok Kakak di Kampar

Tanah Orangtua Dijual Tanpa Sepengetahuannya, Adik Bacok Kakak di Kampar

Regional
Warga Cianjur Kaget Wanita yang Dinikahinya Ternyata Seorang Pria

Warga Cianjur Kaget Wanita yang Dinikahinya Ternyata Seorang Pria

Regional
Saiful Tewas Usai Ditangkap Polisi, Istri: Suami Saya Buruh Tani, Tak Terlibat Narkoba

Saiful Tewas Usai Ditangkap Polisi, Istri: Suami Saya Buruh Tani, Tak Terlibat Narkoba

Regional
KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

Regional
Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com