SEMARANG, KOMPAS.com - Siapa yang tak kenal Raden Ajeng (RA) Kartini, pahlawan Nasional perempuan asal Jepara yang berhasil memperjuangkan emansipasi wanita di Indonesia.
Perjuangan Kartini dalam bidang pendidikan rupanya juga meninggalkan sejarah emas di Kota Semarang. Yaitu ditandai dengan adanya bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sarirejo yang terletak di Jalan RA. Kartini Nomor 151, Sarirejo, Kota Semarang.
Bangunan sekolah itu ternyata sudah berdiri sejak 110 tahun lalu. Meski demikian, gedung tua itu masih kokoh berdiri dengan papan kayu dan tembok yang khas ala kolonial Belanda.
Baca juga: 10 Bangunan Tua di Kota Lama Semarang Tak Diketahui Siapa Pemiliknya
Dulunya, SDN Sarirejo itu bernama Kartinischool de Semarang yang didirikan pada 1913 di sebuah rumah sewa daerah Jomblang.
Lantas, pada akhir 1914, bangunan Sekolah Kartini itu didirikan, dan baru diresmikan pada 11 Januari 1915.
Salah satu guru SDN Sarirejo, Suwarni, mengatakan, Sekolah Kartini merupakan sekolah yang didirikan Yayasan Dana Kartini dan dikelola oleh Perkumpulan Kartini di Hindia Belanda.
Awalnya, sekolah tersebut dibangun khusus untuk anak-anak perempuan dengan menanamkan nilai-nilai ajaran Kartini.
"Untuk kurikulumnya, kemarin kita sudah menghidupkan kembali. Tidak persis seperti dulu, tapi masih mengembangkan nilai yang pernah diterapkan di sini. Anak-anak diajarkan lagi untuk keterampilan menjahit, menyulam, memasak, tentunya bidang kewanitaan," ucap Suwarni kepada Kompas.com, Selasa (23/4/2024).
Baca juga: Kisah Komarudin alias Yang Chil Seong, Pahlawan Garut Asal Korea yang Maju Lawan Penjajah
Guru yang mengajar di SDN Sarirejo sejak 1992 itu mengatakan, penerapan nilai-nilai Kartini itu dilakukan tiap hari Jumat.
Selain keterampilan, siswa juga diajarkan tentang sejarah Kartini dan perjuangannya dalam membela emansipasi wanita maupun pendidikan di Indonesia
"Di hari Jumat itu ada Happy Day. Istilahnya ada pembiasaan. Kita ngasih materi sejarah riwayat Kartini, lalu visi, misi, tentang sekolah ini juga. Lalu ditambah keterampilan seperti menjahit, menyulam tadi," ungkap dia.
Meski telah berganti nama menjadi SD Negeri Sarirejo, Suwarni menyebutkan, sejumlah penanda di sekolah tersebut masih bertuliskan SD N Kartini. Seperti papan nama yang terletak di bagian depan gedung sekolah.
Uniknya, hingga saat ini masih ada dua barang peninggalan yang ada di SDN Sarirejo. Yaitu mesin jahit dan gamelan Jawa.
"Dulu di sini mesin jahit banyak, tapi banyak yang sudah tidak layak. Tapi masih ada yang asli, satu mesin jahit dan ada gamelan," ucap Suwarni.
Selain mesin jahit dan gamelan, masih ada peninggalan gedung yang ditetapkan menjadi cagar budaya. Sehingga, pihak sekolah berkewajiban untuk menjaga keasliannya.
"Ruangan di sepanjang lorong itu asli. Sudah ada prasasati cagar budaya, jadi tidak boleh diubah. Pemeliharaannya sangat ketat, dan tidak boleh mengubah esensi dari keseluruhan," katanya lagi.
Lebih lanjut, Suwarni mengatakan, tiap 21 April seluruh guru dan siswa juga selalu merayakan peringatan Hari Kartini dengan doa bersama dan pertunjukan lain untuk menghormati jasa Kartini.
"Sekarang sekolah dituntut untuk punya karakteristik dan kreativitas. Jadi apa yang ditetapkan di sini harapannya bisa menjual nilai ke masyarakat," pungkas dia.
Baca juga: Berkenalan dengan Maya Dewi, Sosok Kartini Masa Kini dari Kota Semarang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.