SALATIGA, KOMPAS.com - Di Jalan Patimura Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, puluhan orang duduk sembari merangkai janur untuk dibuat menjadi selongsong ketupat. Mereka terdiri dari kelompok-kelompok kecil, dan selanjutnya selongsong tersebut dijual.
Salah satunya, Ngatiyem (60), warga Gamol Kelurahan Kecandran, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga. Dia bersama adiknya, Juminem berjalan kaki ke lokasi tersebut untuk menjual selongsong ketupat.
"Dari pukul 08.00 WIB, membuat dan menjual (selongsong) ketupat ini. Nanti pulang kalau sudah habis," ujarnya dalam Bahasa Jawa, Selasa (16/4/2024).
Baca juga: Tradisi Lebaran Ketupat: Sejarah, Filosofi, dan Perbedaan dengan Hari Raya Idul Fitri
Tak hanya berdua, Ngatiyem juga mengajak anak perempuannya untuk menjual selongsong ketupat.
Dia sengaja mengaja anaknya agar ada yang meneruskan membuat dan menjual ketupat. Pasalnya pembuat selongsong ketupat didominasi orangtua.
"Biar ada yang meneruskan, sekarang sedikit anak muda yang mau membuat dan menjual selongsong," kata dia.
Menurutnya, menjual selongsong tak hanya membutuhkan keterampilan, tapi juga meneruskan tradisi yang sudah berjalan sejak lama.
"Kalau dilihat memang membuatnya mudah, tapi harus rapi. Ini kan untuk lebaran ketupat, jadi harus bagus ketupatnya jangan asal membuat," imbuh Ngatiyem.
"Lebaran ketupat itu kan satu minggu setelah lebaran yang pertama. Jadi nanti ketupat ini dibawa ke keluarga, dimakan bersama-sama agar semakin rukun," paparnya.
Ngatiyem sudah dua hari berjualan selongsong ketupat. Janur atau bahan membuat selongsong, dibelinya dari pengepul.
"Sudah ada yang nyetori kalau mau jualan. Kalau yang sudah jadi, harganya Rp 10.000 dapat isi 10, diikat jadi satu agar mudah membawanya," kata dia.
Setiap tahun, Ngatiyem berjualan selongsong untuk menyambut lebaran ketupat. Tahun ini, diakuinya penjualan sangat bagus karena ramai pembeli.
"Kalau ramai memang ramai, tapi yang buat ini semua orang tua. Lama-lama bisa habis yang jual kalau isinya orang tua semua," ungkapnya.
Seorang pembeli selongsong ketupat, Suyatmi mengatakan, dirinya membeli sebanyak 50 buah atau lima ikat.
"Untuk merayakan lebaran ketupat yang biasa dilaksanakan satu minggu setelah lebaran. Nanti masak ayam juga, dimakan sama keluarga besar," paparnya.
"Keluarga kami selalu merayakan lebaran ketupat karena ini juga tradisi yang sudah lama. Selain itu juga untuk silaturahmi dan doa yang baik-baik," kata Suyatmi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.